TEMPO.CO, Jakarta - Tim penyelamat yang menyisir reruntuhan ledakan di Beirut selama tiga hari mengatakan tidak ada lagi harapan mereka bisa menemukan korban selamat setelah sebulan ledakan di ibu kota Lebanon.
Sekitar 50 relawan dan tim penyelamat, termasuk tim spesialis dari Cile, telah mencari korban yang diduga masih selamat setelah sensor mendeteksi nafas dan panas tubuh pada Kamis.
"Secara teknis, tidak ada tanda-tanda kehidupan," kata Francisco Lermanda, kepala kelompok relawan penyelamat Topos Cile, dikutip dari Reuters, 6 September 2020.
Dalam konferensi pers pada Sabtu malam, Lermanda mengatakan penyelamat telah menyisir 95% bangunan.
Tanda-tanda korban selamat yang terdeteksi dalam dua hari terakhir, kata Lermanda, adalah nafas sesama penyelamat yang sudah berada di dalam gedung diambil oleh peralatan sensitif mereka. Dia mengatakan upaya sekarang akan fokus pada membersihkan puing-puing dan menemukan jenazah.
"Kami tidak pernah berhenti dengan harapan satu persen pun," kata Lermanda, tentang menemukan jenazah. "Kami tidak pernah berhenti sampai pekerjaan selesai."
Riad Al Asad, insinyur utama Lebanon yang bekerja dengan tim Cile, mengatakan tiga tingkat bangunan itu sudah disisir dan tidak ada korban hidup atau meninggal yang ditemukan. Tim sekarang akan menyisir trotoar, yang mereka perkirakan akan memakan waktu tiga jam, setelah itu mereka akan mengumumkan operasi selesai, kata Al Asad, dikutip dari CNN.
Bangunan yang hancur tempat pencarian dilanjutkan terletak di antara distrik pemukiman Gemmayze dan Mar Mikhael di Beirut, salah satu dari sekian daerah yang paling parah terkena ledakan. Lokasi ini terdapat banyak bangunan tua yang runtuh saat dihantam gelombang kejut ledakan.
Penyelamatan berjalan lambat karena bangunan yang rusak parah berisiko runtuh total, kata tim penyelamat.
"Bangunan ini benar-benar hancur, menakutkan dan ada banyak risiko berbahaya bagi tim," kata George Abou Moussa, kepala pertahanan sipil Lebanon.
Pekerja menggunakan sekop dan tangan mereka untuk menggali, sementara penggali mekanis dan derek mengangkat puing-puing berat. Peralatan pemindaian juga digunakan untuk membuat gambar 3D dari bangunan yang hancur.
Ledakan 4 Agustus di pelabuhan Beirut menewaskan sekitar 190 orang, melukai 6.000 lainnya, dan menghancurkan separuh ibu kota Lebanon. Pihak berwenang Lebanon mengadakan upacara pada Jumat untuk menandai satu bulan ledakan di Beirut.
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-lebanon-crisis-blast-life/no-signs-of-life-in-beirut-rubble-after-three-day-search-for-blast-survivors-idUKKBN25W0JW
https://edition.cnn.com/2020/09/06/middleeast/beirut-rubble-no-survivors-intl-hnk/index.html