TEMPO.CO, Jakarta - Tim SAR Lebanon belum berhenti menyisir reruntuhan ledakan di Beirut. Sabtu ini, penyisiran di sana kembali dilanjutkan. Gara-garanya, alat pemindai panas tubuh mereka berhasil mendeteksi potensi adanya korban yang masih hidup di puing-puing ledakan di Beirut pada Jumat kemarin, 4 September 2020.
Dikutip dari kantor berita Reuters, hasil pencarian sejauh ini masih nihil. Padahal, pencarian sudah dibantu anggota tambahan dari Chile. Walau begitu, pencarian tidak akan dihentikan hingga apa yang dideteksi alat pemindai terkonfirmasi.
"Kami bekerja di kondisi yang sangat buruk. Gedung-gedung ini berpotensi untuk runtuh," ujar direktur operasi pencarian, George Abou Moussa, Sabtu, 5 September 2020.
Anggota tim pencari yang berasal dari Chile, Francisco Lermanda, menyatakan hal senada. Ia mengatakan pencarian belum akan dihentikan meski operasi sejauh ini tak menemukan hasil apa-apa. Walau begitu, ia tidak ingin mengungkapkan detil perihal apa yang diteksi alat pemindai panas.
"Saya menyampaikan ini sebagai wujud hormat ke keluarga dan warga," ujarnya.
Proses pencarian difokuskan di dua distrik, Gemmayze dan Mar Mikhael. Kedua distrik tersebut termasuk yang paling terdampak oleh ledakan di Beirut pada Agustus lalu. Sebab, keduanya adalah kawasan padat penduduk yang dipenuhi bangunan-bangunan tua.
Untuk pencarian yang berlangsng, mesin-mesin keruk dikerahkan untuk membuka jalan. Sementara itu, pencitraan tiga dimensi digunakan untuk memberikan gambaran detil soal ke mana pencarian sebaiknya difokuskan. Hal itu menimbang kemungkinan ada korban yang berlindung di ruang bawah tanah dan belum menemukan cara untuk keluar ke permukaan.
Anjing pelacak juga dilibatkan. Mereka yang berfungsi mengendus keberadaan korban. Perihal apakah korban tersebut bertahan hidup atau tidak nantinya, tim pencari menyatakan pencarian terus lanjut.
Sebagai catatan, Ledakan di Beirut menghancurkan separuh ibu kota Lebanon pada 4 Agustus 2020 lalu. Sebanyak 190 orang tewas, 6000 luka-luka, dan 300 ribu kehilangan rumahnya. Ledakan itu sendiri berasal dari gudang penyimpanan bahan peledak yang menampung 2000 ton lebih ammonium nitrat. Pemicu ledakan belum sepenuhnya terungkap hingga sekarang.
ISTMAN MP | REUTERS
Catatan redaksi: Judul dan isi berita ini telah diperbaiki untuk menghindari salah tafsir