TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden India, Pranab Mukherjee, meninggal pada hari Senin kemarin, di usia 84 tahun. Dikutip dari kantor berita Reuters, Pranab Mukherjee, yang didiagnosis tertular virus Corona (COVID-19), meninggal karena infeksi paru-paru yang ia derita.
"Ia meninggalkan jejak yang cukup dalam terhadap perkembangan dan pertumbuhan negara kita. Di lingkungan politik, ia ada figur yang sungguh dihormati," ujar Perdana Menteri India, Narendra Modi, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa, 1 September 2020.
Menurut Keterangan Rumah Sakti Militer New Delhi, Pranab Mukherjee meninggal tak lama setelah dirinya menderita Septic Shock. Septic Shock adalah kondisi ketika infeksi organ yang diderita memburuk sehingga menimbulkan demam tinggi dan gangguan kinerja organ lainnya.
Septic Shock tersebut terjadi pada Ahad kemarin. Dan, sejak saat itu, kondisi Pranab Mukherjee terus memburuk hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Di India, Pranab Mukherjee dikenal sebagai politisi veteran. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dan Menteri Luar Negeri sebelum menjadi Presiden. Kurang lebih 50 tahun ia berkarir di dunia perpolitikan India yang diawali dengan menjadi anggota parlemen di tahun 1969 lewat Partai Kongress yang dipimpin Indira Gandhi.
Meski dikenal berpengalaman, tidak sekalipun ia berhasil menyentuh posisi tertinggi, Perdana Menteri India. Ia, yang juga pernah berkarir sebagai jurnalis dan dosen, disebut tidak memiliki dukungan akar rumput yang kuat sehingga sulit untuk menjadi PM India.
Posisi tertinggi yang bisa ia capai hanyalah jabatan Presiden India, di tahun 2012. Pranab Mukherjee menjadi Presiden India ke-13 dengan dukungan dari semua partai politik, sebuah hal yang langka terjadi di India. Sayangnya, usia kepresidenannya pun seumur jagung. Dua tahun memimpin, ia diserang skandal korupsi yang melanda Partai Kongres. Sejak saat itu, Partai Kongres menjadi oposisi di India.
ISTMAN MP | REUTERS