TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Belarus akan mengerahkan tentara untuk menghadapi pengunjuk rasa yang akan melakukan aksi protes mereka di monumen nasional peringatan Perang Dunia II yang dianggap tempat sakral.
Tentara Belarus tidak akan mentoleransi kerusuhan akibat unjuk rasa yang diadakan di monumen nasional itu.
Empat stasiun kereta dalam kota di pusat kota Minsk juga ditutup.
"Berita mengerahkan tentara telah membuat orang-orang marah di sini. Sejauh ini hanya polisi anti huru hara yang telah digunakan untuk melaan pengunjuk rasa," kata Nick Connolly, koresponden Deutsche Welle dari Minsk, ibukota Belarus, Minggu, 23 Agustus 2020.
Belasan ribu pengunjuk rasa hari ini memenuhi jalan-jalan di Minsk untuk memprotes pemerintah Belarus. Mereka membawa bendera oposisi putih dan merah menuju Lapangan Merdeka seraya meneriakkan slogan menentang Presiden Alexander Lukashenko yang mengklaim menang dalam pemilihan presiden yang kontroversial awal Agustus ini.
Media-media lokal memberitakan polisi anti huru hara sedang bergerak menuju Lapangan Merdeka.
"Kami hanya menuntut dua hal: pemilu yang adil dan hentikan kekerasan," kata Igor, pengunjuk rasa berusia 32 tahun kepada kantor berita Prancis, AFP.
Pihak berwenang Belarus telah menangkap hampir 7 ribu orang. Mereka yang ditangkap diduga mengalami penyiksaan selama dalam penahanan oleh polisi.