TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Belarus, Svetlana Tikhanouskaya, menyampaikan bahwa Presiden Alexander Lukashenko tidak akan bertahan lama di kursi kekuasaannya. Sebab, kata ia, warga Belarus telah berubah dan tak lagi menginginkan rezim pemerintahan yang ada. Hal itu memperbesar kemungkinan Presiden Alexander Lukashenko kalah apabila pemilu diulang.
"Cepat atau lambat, dia harus lengser. Itu yang terbaik bagi warga Belarus. Menurut saya akan lebih baik lagi apabila hal itu terjadi sesegera mungkin," ujar Svetlana Tikhanouskaya, dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Ahad, 23 Agustus 2020.
Diberitakan sebelumnya, situasi di Belarus memanas usai Alexander Lukashenko memenangi pilpres untuk keenam kalinya. Gara-garanya, warga menduga ia mencurangi hasil pilpres untuk bisa tetap bertahan di kursi kepemimpinan.
Sekarang, di Belarus, unjuk rasa dan kerusuhan sudah berlangsung lebih dari sepekan. Ribuan warga turun ke jalan untuk memprotes Alexander Lukashenko dan meminta pemilu ulang. Alexander Lukashenko menolaknya, menawarkan opsi lain berupa power sharing dan referendum konstitusi.
Perkembangan terbaru, Alexander Lukashenko gerah dengan unjuk rasa yang tak kunjung padam. Ia telah meminta Menteri Pertahanannya untuk turun tangan menangani situasi yang ada. Lukashenko bahkan dikabarkan meminta penanganan yang lebih keras selain mengancam menutup pabrik sebagai hukuman.
Svetlana Tikhanouskaya berkata, apa yang dilakukan Alexander Lukashenko sejauh ini untuk meredam situasi salah besar. Memakai pendekatan keras, kata ia, tidak hanya mencelakai warga Belarus, juga membuat mereka semakin tidak percaya dengan pemerintahannya.
"Itu adalah kesalahan terbesar yang mereka lakukan. Saya meminta mereka untuk tidak mengulanginya karena warga tidak akan lupa atau bahkan memaafkan hal tersebut," ujar Svetlana Tikhanouskaya.
Sebagai catatan, Pemerintah Belarus sempat menangkap dan menhan lebih dari 5000 demonstran usai unjuk rasa berujung rusuh. Sebagian di antaranya telah dibebaskan.
ISTMAN MP | AL JAZEERA