TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 1.280 warga sipil Afganistan terbunuh dalam enam bulan terakhir pada tahun ini menyusul terjadinya serangkaian pertempuran kendati sudah dibuat pakta antara Amerika Serikat - militan Taliban. Data Misi Khusus PBB untuk Afganistan atau UNAMA menyebut kekerasan di Afganistan telah menewaskan 1.282 orang dan melukai 2.176 orang.
“Kenyataan di Afganistan masih berlanjut. Ini telah menjadi salah satu konflik mematikan di dunia bagi warga sipil,” demikian bunyi laporan UNAMA, seperti dikutip dari reuters.com.
Atap istana Darul Aman yang hancur akibat pertempuran di Kabul, Afganistan, 2 Juni 2016. Istana Darul Aman rusak parah akibat pertempuran perang sipil pada 1990-an. REUTERS/Omar Sobhani
Dibanding periode sama tahun lalu, kerugian yang dialami dalam konflik Afganistan turun 13 persen. Penurunan itu karena lebih sedikit operasi yang dilakukan oleh pasukan asing dan lebih sedikit serangan oleh militan Islamic State (ISIS).
Taliban masih menjadi penyebab utama kerugian yang dialami warga sipil, umumnya karena ledakan bom, penculikan dan eksekusi. Dalam laporan PBB disebutkan Taliban bertanggung jawab 43 persen atas kerugian yang dialami warga sipil negara itu dan 23 persen kerugian disebabkan oleh pasukan militer Afganistan yang umumnya melakukan serangan udara dan tembakan peluru nyasar selama operasi.
Sebelumnya pada Februari lalu, Amerika Serikat dan Taliban telah menandatangani sebuah kesepakatan di Doha, Qatar, terkait rencana menarik pasukan asing dari Afganistan dan sebagai imbalannya harus ada jaminan keamanan dari militan Taliban.
Akan tetapi, pertempuran dalam beberapa pekan terakhir meningkat didorong oleh perbedaan pandangan soal jumlah pertukaran tahanan antara Taliban – Pemerintah Afganistan. Kabul terbukti masih enggan membebaskan ratusan militan dalam penjara pemerintah.
Dalam kesepakatan yang dibuat di Doha, Pemerintah Afganistan diminta membebaskan 5 ribu militan Taliban yang ditahan di negara itu, yang akan ditukar dengan pembebasan ratusan tentara Afganistan. Kesepakatan ini juga bagian dari upaya mengakhiri 18 tahun perang sipil Afganistan.
Pemerintah Afganistan sudah membebaskan lebih dari 4 ribu militan Taliban, namun menolak membebaskan sisa 600 tahanan lainnya. Alasannya karena mereka terlibat pembunuhan, perdagangan narkoba dan serangan besar lainnya.