TEMPO.CO, Jakarta - Mariam Nabatanzi, perempuan dari Uganda, baru berusia 12 tahun ketika dia menikah dengan seorang laki-laki yang usianya hampir empat kali lipat dari umurnya. Pada umur 13 tahun, Nabatanzi untuk pertama kali hamil anak kembar.
Dikutip dari mirror.co.uk, setelah kelahiran anak pertamanya yang kembar dua, Nabatanzi pada kehamilan berikutnya melahirkan anak kembar empat, lalu kembar tiga dan hamil lagi kembar dua.
Mariam Nabatanzi, perempuan paling subur dengan 44 anak. Sumber: Alamy Stock Photo/mirror.co.uk
Dokter mendiagnosa Nabatanzi mengalami sebuah kondisi genetis yang sangat langka, dimana ketika dia berumur 36 tahun, dia sudah melahirkan 44 anak.
Dalam kondisi punya anak banyak seperti ini, Nabatanzi jelas kerepotan ketika suaminya bekerja. Dia pontang-panting mengurus semuanya sendiri selama empat tahun.
Nabatanzi terhitung melahirkan anak kembar empat sebanyak tiga kali. Dia melahirkan anak kembar tiga sebanyak empat kali dan enam kali melahirkan anak kembar dua.
Dikaruniai banyak anak membuat Nabatanzi bekerja tak kenal lelah. Untuk menghidupi anak-anaknya, Nabatanzi bekerja sebagai penata rambut. Dia pernah pula mengambil pekerjaan sebagai dekorator sebuah acara, mengumpulkan lalu menjual besi rongsokan. Nabatanzi berkomitmen anak-anaknya akan punya kesempatan hidup.
Sebagian besar uang penghasilannya digunakan untuk membeli makanan, obat-obatan, pakaian dan biaya sekolah. Foto anak-anak yang sudah lulus kuliah dengan bangga di pajangnya di dinding rumah.
Ivan Kibuka, 23 tahun, salah satu anak Nabatanzi, memutuskan keluar dari sekolah agar bisa membantu ibunya mencari uang.
“Ibu saya kelelahan, pekerjaan yang banyak telah menghancurkannya, kami membantu sebisanya seperti memasak dan mencuci piring. Namun dia masih saja menanggung beban berat keluarga,” kata Kibuka.
Dokter yang menangani Nabatanzi mengatakan Nabatanzi sebenarnya hanya ingin punya anak enam, namun kondisi genetiknya yang langka telah membuatnya memiliki dua indung telur yang besar. Dia pun telah diperingatkan dokter bahwa penggunaan alat kontrasepsi hanya akan berdampak buruk padanya dengan kondisi kelainan genetik seperti ini.
Ketika Nabatanzi berumur 23 tahun, dia sudah memiliki total 25 anak. Ia pun memohon pada dokter agar menghentikannya hamil terus. Namun dokter dibuat tak berdaya karena jumlah ovarium Nabatanzi sangat tinggi.
Dari banyak kehamilan yang dialaminya, Nabatanzi pada empat tahun lalu untuk pertama kalinya mengalami keguguran karena kelelahan. Suami Nabatanzi memilih sering tidak berada di rumah untuk jangka waktu yang lama, membiarkan Nabatanzi bersama puluhan anak-anaknya.