TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Organisasi Pelarangan Senjata Kimia atau OPCW mengirimkan tim investigasi ke Suriah untuk menyelidiki serangan senjata kimia dalam perang sipil di negara itu adalah sebuah terobosan. Rencananya, tim investigasi akan menyelidiki sembilan kasus serangan senjata kimia.
Pengiriman tim investigasi dari OPCW ini ditentang oleh Rusia, Iran, Suriah dan sekutu-sekutu negara itu. Kepala OPCW Fernando Arias mengatakan Suriah belum mau menerbitkan visa untuk anggota tim investigasi yang akan berangkat ke Suriah melakukan penyelidikan atau bekerja sama memberikan dokumen yang diperlukan.
Baca juga : OPCW Akan Investigasi 9 Serangan Senjata Kimia di Suriah
Lokasi penghancuran senjata kimia milik Amerika Serikat. [situs OPCW]
Baca juga: Rusia Tuduh Pihak Asing Rencanakan Serangan Kimia Suriah
Penolakan itu kemungkinan karena Inggris, Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa menuding pasukan militer Suriah yang melancarkan serangan senjata kimia mematikan tersebut. Tuduhan itu dibantah oleh Damaskus.
Berikut empat serangan senjata kimia yang terjadi dalam perang sipil Suriah dikutip dari reuters.com, Kamis, 11 juli 2019.
- Pada 2014 serangan senjata kimia terjadi di Kafr-Zita wilayah utara Hama dan Marea di wilayah utara Aleppo. Kota Kafr-Zita merupakan salah satu daerah berpenduduk paling padat penduduk di Suriah. Serangan senjata kimia di kota ini tak pelak membuat masyarakat panik.
- Pada 2015, terjadi tiga serangan senjata kimia di wilayah Ltamenah dan satu serangan di Hama. Sekitar tiga juta orang tinggal di area utara Suriah ini, sebuah wilayah yang dikuasai pemberontak.
- Pada 2016, serangan senjata kimia terjadi di kota Saraqib. Situs Al Jazeeramelaporkan setidaknya 33 warga sipil termasuk 18 wanita dan 10 anak-anak, mengalami sesak nafas setelah helikopter menjatuhkan bom kimia di Kota Saraqeb di provinsi Idlib yang dikuasai kelompok pemberontak.
- Pada 2018, terjadi serangan senjata kimia di kota Douma pada 7 April 2018. Serangan ini telah berbuntut pada kemarahan Amerika Serikat. Negara Abang Sam itu menggandeng Inggris dan Prancis untuk merespon serangan senjata kimia di Douma dengan menembakkan rudal ke fasilitas-fasilitas militer Suriah. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan senjata kimia, yang mematikan lebih dari 60 orang dan melukai ratusan orang.
Perang sipil Suriah terjadi pada Maret 2011 menuntut Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang berkuasa sejak tahun 2000, mundur. Unjuk rasa yang semula berjalan damai, dengan cepat berubah menjadi perang sipil yang tak terkendali hingga menimbulkan gelombang pengungsi. Presiden Assad menolak tuntutan mundur dan saat ini sedang mengupayakan program membangun kembali Suriah.