TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa sekelompok militan, yang telah dilatih oleh Olive Group, berencana untuk melakukan serangan senjata kimia di Idlib, Suriah.
Dilansir dari Sputniknews, 27 Agustus 2018, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayjen Igor Konashenkov, mengatakan menurut informasi yang diterima oleh Lembaga Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah dari penduduk setempat, agen spesialis berbahasa asing tiba di pemukiman Habit, yang terletak di selatan dari Zona eskalasi Idlib, untuk melakukan "serangan senjata kimia" menggunakan rudal berisi gas klorin.
Baca: OPCW Pastikan Senjata Kimia Digunakan di Suriah
Selama serangan senjata kimia yang terjadi di Suriah, orang-orang berpakaian seperti White Helmets (Relawan medis Suriah) sebagai bagian dari rencana untuk memfilmkan klip video untuk Timur Tengah dan media berbahasa Inggris.
Di daerah berpenduduk paling padat Kafr Zita, persiapan sedang dilakukan untuk sekelompok warga yang dibawa dari utara provinsi untuk berpartisipasi dalam skenario "serangan" senjata kimia dan bom yang akan dituduhkan terhadap pasukan pemerintah Suriah, untuk kemudian bantuan dari "White Helmets" akan tiba untuk membantu evakuasi dan merekam video untuk disebar ke Timur Tengah dan media berbahasa Inggris
Para korban yang terkena serangan gas di desa Kfar Zeita di provinsi tengah Hama (23/5). Aktivis oposisi Suriah mengatakan gas klorin berada di jalan-jalan desa, yang diduga kampanye senjata kimia oleh Presiden Bashar al-Assad. REUTERS/Badi Khlif
Konashenkov menegaskan bahwa dengan cara ini, provokasi besar sedang dipersiapkan di Suriah yang melibatkan penggunaan zat beracun untuk destabilisasi masyarakat dan mengganggu proses perdamaian yang sedang berlangsung.
"Ada rencana untuk meluncurkan roket pembawa zat beracun di pemukiman Kafr Zita, terletak 6 kilometer di selatan Habit, dalam dua hari," kata Konashenkov, menyatakan pada Sabtu 25 Agustus.
Baca: Palestina Resmi Ratifikasi Konvensi Senjata Kimia
Sementara perusahaan kontraktor militer Inggris, Olive Group, membantah tuduhan bahwa mereka telah menyiapkan sekelompok militan untuk melancarkan serangan senjata kimia di provinsi Idlib barat Suriah.
"Olive Group tidak memiliki keterlibatan," Suzanne Piner, direktur pemasaran perusahaan.
Langit Damaskus diterangi api rudal ketika Amerika Serikat melancarkan serangannya ke Suriah, 14 April 2018. Serangan yang diperintahkan oleh Donald Trump terkait penggunaan senjata kimia di Suriah. (AP Photo/Hassan Ammar)
Militer Rusia mengatakan bahwa para militan sedang mempersiapkan untuk menggunakan senjata kimia di Suriah, dan AS dapat menggunakan ini sebagai alasan untuk serangan baru terhadap fasilitas militer Suriah.
Untuk tujuan ini, kapal perusak AS, USS The Sullivan, yang dipersenjatai dengan 56 rudal jelajah telah tiba di Teluk Persia beberapa hari yang lalu, sementara pembom -1 AS yang membawa 24 rudal jelajah AGM-158 JASSM telah dikerahkan di Al Udeid pangkalan udara di Qatar.
Baca: Serangan Senjata Kimia di Douma Suriah, Ini Kisah Saksi Mata
Pada April, sejumlah media oposisi, termasuk White Helmet melaporkan serangan kimia di kota Douma. Tidak ada bukti substansial yang dipresentasikan dan, karena penyelidikan cepat oleh pasukan Rusia menunjukkan, tidak ada jejak zat kimia di daerah itu yang ditemukan. Tapi, seminggu setelah serangan yang dituduhkan, Amerika Serikat, Prancis dan Inggris melakukan serangkaian serangan udara terhadap beberapa fasilitas pemerintah di Suriah yang diduga menyimpan senjata kimia.