TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dilaporkan meningkatkan serangan siber ke dalam jaringan tenaga listrik Rusia sebagai peringatan kepada Presiden Vladimir Putin.
Pejabat dan mantan pejabat mengatakan, pemerintahan Trump kini mulai mengizinkan penggunaan perangkat siber secara lebih agresif terhadap Rusia.
Informasi ini pertama kali dilaporkan New York Times, 17 Juni 2019. Dalam wawancara selama tiga bulan terakhir, para pejabat memaparkan penyebaran kode komputer Amerika yang sebelumnya tidak dilaporkan dalam jaringan Rusia dan target lainnya, sebagai operasi lebih luas yang diarahkan pada unit informasi dan peretasan Moskow selama pemilihan sela 2018.
Para pendukung strategi yang lebih agresif mengatakan operasi itu sudah lama tertunda, setelah bertahun-tahun peringatan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dan FBI bahwa Rusia telah memasukkan malware yang dapat menyabotase pembangkit listrik Amerika, jaringan pipa minyak dan gas, atau pasokan air dalam setiap konflik di masa depan dengan Amerika Serikat.
Baca juga: Rex Tillerson: Putin Lebih Siap Dibanding Trump saat Bertemu
Namun pemerintah Trump menolak untuk memberitahu lebih jauh tindakan spesifik yang diambil di bawah kewenangan baru, yang diberikan secara terpisah oleh Gedung Putih dan Kongres tahun lalu kepada US Cyber Command, sebuah cabang Pentagon yang menjalankan operasi ofensif dan defensif militer di dunia online.
Tetapi pada Selasa, penasihat keamanan nasional Presiden Trump, John R. Bolton, mengatakan Amerika Serikat sekarang mengambil tindakan yang lebih luas sebagai pesan untuk Rusia, atau siapa pun yang terlibat dalam operasi siber.
Jaringan listrik telah menjadi medan pertempuran intensitas rendah selama bertahun-tahun.
Setidaknya sejak 2012, pejabat dan mantan pejabat mengatakan, Amerika Serikat telah menempatkan penyelidikan pengintaian ke dalam sistem kontrol jaringan listrik Rusia.
Tetapi sekarang strategi Amerika telah bergeser lebih ke arah pelanggaran, kata para pejabat, dengan penempatan malware yang berpotensi melumpuhkan di dalam sistem Rusia secara mendalam dan dengan agresivitas yang belum pernah dicoba sebelumnya.
Langkah ini dimaksudkan sebagian sebagai peringatan, dan sebagian lagi untuk melakukan serangan siber jika terjadi konflik besar antara Rusia dan Amerika.
Ekspresi tatapan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat menggelar pertemuan dalam KTT Amerika Serikat-Rusia di Helsinki, Finlandia, Senin, 16 Juli 2018. Mereka membahas 5 topik di antaranya, tuduhan campur tangan pemilu AS oleh Rusia, krisis Suriah, perjanjian kontrol senjata nuklir, aneksasi Crimea dari Ukraina oleh Rusia dan sanksi Washington terhadap Moskow. Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Komandan Cyber Command Amerika Serikat, Jenderal Paul M. Nakasone, telah terang-terangan berbicara tentang perlunya masuk lebih jauh ke dalam jaringan musuh untuk menunjukkan bahwa Amerika Serikat akan menanggapi rentetan serangan online yang ditujukan padanya.
"Mereka tidak takut pada kita," katanya kepada Senat setahun yang lalu saat audiensi.
Baca juga: Kado Bola dari Putin Diperiksa Pengawal Trump
Trump mengeluarkan kewenangan baru untuk Cyber Command pada musim panas lalu, dalam dokumen yang masih dirahasiakan yang dikenal sebagai National Security Presidential Memoranda 13, memberikan kewenangan kepada Jenderal Nakasone untuk melakukan operasi online lebih ofensif tanpa menerima persetujuan presiden.
Tetapi tindakan di dalam jaringan listrik Rusia tampaknya telah dilakukan di bawah otoritas hukum baru yang kurang diperhatikan, masuk ke dalam RUU otorisasi militer yang disahkan oleh Kongres musim panas lalu.
Langkah itu menyetujui tindakan rutin kegiatan militer rahasia di dunia maya, untuk mencegah, menjaga atau mempertahankan diri dari serangan atau kegiatan siber yang berbahaya terhadap Amerika Serikat.
Di bawah hukum, tindakan itu sekarang dapat disahkan oleh menteri pertahanan tanpa persetujuan presiden khusus.
"Sudah jauh, jauh lebih agresif selama setahun terakhir," kata seorang pejabat senior intelijen, tetapi menolak untuk membahas program rahasia tertentu.
Baca juga: Donald Trump Dituding Rahasiakan Percakapan dengan Vladimir Putin
Baik Jenderal Nakasone dan John Bolton, menolak untuk menjawab pertanyaan tentang serangan ke jaringan Rusia. Pejabat di Dewan Keamanan Nasional juga menolak berkomentar tetapi mengatakan mereka tidak memiliki kekhawatiran keamanan nasional tentang rincian laporan tentang penargetan jaringan listrik Rusia.
Sputnik melaporkan, Rusia telah mendeteksi upaya badan keamanan Amerika Serikat terhadap fasilitas Rusia.
Sumber di badan keamanan Rusia mengatakan Kremlin telah mengetahui peningkatan serangan siber terhadap berbagai fasilitas di Rusia, termasuk transportasi, perbankan, energi, ekonomi dan kelistrikan.
Sumber itu menyatakan bahwa tindakan tersebut dapat dikualifikasikan sebagai tanda-tanda perang siber, tetapi menambahkan bahwa Rusia sejauh ini berhasil menetralisir upaya AS dalam melakukan serangan siber.
Sebelumnya, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov memperingatkan bahwa jika agen-agen AS melakukan serangan siber tanpa memberitahu kepala negara, maka mungkin ada tanda-tanda perang siber terhadap Rusia.