TEMPO.CO, New Delhi – Pengurus Partai Kongres meragukan hasil jajak pendapat seusai pencoblosan atau exit poll pada pemilu India.
Baca: India Siap Gelar Pemilu Putaran Kedua
Juru bicara Partai Kongres, Sanjay Jha, menampik proyeksi hasil pemilu menurut exit poll dengan mengatakan koalisi yang diusung partainya bakal mengalahkan koalisi yang diusung BJP.
“Banyak lembaga survei, jika tidak semuanya, pernah menyajikan data keliru,” kata Sanjay Jha seperti dilansir Reuters pada Ahad, 19 Mei 2019.
Jha mengatakan ada atmosfer polarisasi yang kuat dan ini menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat pemilih. Ini membuat sebagian pemilih tidak mengungkapkan pilihan yang sebenarnya ke lembaga survei saat pemilu.
Baca: Perdana Menteri Narendra Modi Beri Hak Suara di Pemilu India
Kepala Menteri di negara bagian Bengal Barat, Mamata Banerjee, yang dikenal vokal terhadap Modi, mengatakan perjuangan belum berakhir.
“Saya tidak percaya dengan jajak pendapat exit poll yang bersifat gosip,” kata Banerjee lewat akun Twitter. “Saya mengimbau kepada semua partai oposisi untuk bersatu, kuat dan berani. Kita akan bertempur bersama.”
Proses pemilu di India ini dimulai pada 11 April dan berakhir pada 19 Mei 2019, yang terbagi dalam 7 tahapan. Ada 900 juta pemilih, yang menjadikan pemilu ini sebagai pesta demokrasi terbesar di dunia.
Baca: Pemilu India, PM Modi Diuntungkan dari Konflik India - Pakistan
Partai Kongres pimpinan Rahul Gandhi, yang merupakan generasi keempat dari Dinasti Nehru-Gandhi, fokus pada kegagalan Perdana Menteri Narendra Modi memenuhi janjinya melakukan transformasi ekonomi dan menjadikan India sebagai pusat manufaktur dunia.
Koalisi partai pendukung Modi diperkirakan kehilangan kursi di negara bagian Uttar Pradesh, yang memiliki jumlah kursi parlemen terbanyak dari semua negara bagian India. Namun, lembaga survei Cvoter memprediksi koalisi ini memenangkan suara di negara bagian utara dan timur.
Kritik mengatakan kemenangan Modi ini bakal membuat kelompok Hindu garis keras semakin dominan dan menimbulkan rasa takut bagi komunitas agama minoritas.
Baca: Partai Kongres Janjikan Bantuan Tunai Jika Menang Pemilu India
Ini bisa membuat kelompok ini semakin berani menyerang warga Muslim yang menyembelih sapi, yang dianggap suci oleh warga Hindu. Juga ada kekhawatiran munculnya upaya menulis ulang buku sejarah India untuk mengurangi peran Muslim India dan penyerangan terhadap kelompok liberal.
Kritik juga mengatakan, seperti dilansir Reuters, Modi berusaha memenangkan pemilu dengan menyebarkan rasa takut di kalangan warga Hindu mengenai potensi bahaya dari warga Muslim India dan Pakistan. Sikap ini mempromosikan semangat Hindu yang pertama di India.
Namun, pembelanya mengatakan Modi berusaha mengembalikan posisi kelompok Hindu sebagai inti dari masyarakat India.
“Jumlah warga yang banyak dan merespon setiap kampanye yang dihadiri PM Modi merupakan indikator jelas mereka setuju kepemimpinannya, dan kinerjanya selama lima tahun terakhir termasuk visi masa depan,” kata Nalin Kohli, juru bicara Partai Bharatiya Janata.
Menurut situs Foreignpolicy.com, kemenangan periode kedua Modi ini menimbulkan rasa takut bagi kelompok liberal India. Ada kekhawatiran, kemenangan Modi bisa membalik tradisi sekuler di masyarakat India.