TEMPO.CO, Jakarta - Aysha al Hamilim, 38 tahun, pilot dari Uni Emirat Arab, mendadak menjadi sorotan publik setelah mencalonkan diri sebagai ketua Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau ICAO pada Rabu, 3 April 2019. Jika terpilih nanti, Hamilim akan mencetak sejarah sebagai perempuan pertama yang menduduki posisi tersebut.
Dalam pemilihan Ketua ICAO ke-36, Hamilim menyuarakan komitmennya untuk menjembatani sengketa udara antara Qatar dan negara-negara Teluk. Perselisiah ini bermula ketika sejumlah negara teluk seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Arab Saudi dan Mesir memtuskan hubungan bilateral dengan Qatar di bidang politik, ekonomi dan transportasi. Mereka menuding Qatar mendukung terosime, namun tuduhan itu ditepis oleh Qatar.
Baca: Pilot Perempuan dari UEA Mencalonkan Diri Jadi Ketua ICAO
Di kutip dari reuters.com, Kamis, 4 April 2019, sumber mengatakan majunya Hamilim telah menimbulkan keraguan di kalangan anggota ICAO yang beranggotakan 192 negara. Mereka yang ragu mempertanyakan bagaimana Hamilim yang berasal dari Uni Emirat Arab bisa mencairkan ketegangan antara Qatar dengan negara-negara Teluk, termasuk negaranya sendiri. Namun Hamilim meyakinkan dia akan bersikap netral terhadap Qatar.
“Saya adalah pengecualian. Saya akan menjadi ketua yang netral. Sebelumnya, ketika menjadi anggota ICAO jika saya melihat sebuah bias, saya akan secepatnya bertanya kepada ketua ICAO untuk menyelamatkan dirinya. Kita harus fokus bahwa siapapun yang duduk nanti di jabatan tersebut, dia harus menjadi orang yang netral,” kata Hamilim.
Baca: Arab Saudi Terbitkan Surat Izin Bawa Pesawat bagi Pilot Perempuan
Aysha al Hamilim, pilot perempuan asal Uni Emirat Arab, kiri. Sumber: arabianaerospace.aero
Pencalonan Hamilim menjadi orang nomor satu di ICAO mendapat reaksi positif dari perwakilan Qatar di Uni Emirat Arab, Essa Almalki. Doha berharap jika Hamilim terpilih nanti, bisa segera ditemukan sebuah solusi cepat terkait sengketa udara Qatar dan negara-negara Teluk serta menghapuskan larangan-larangan terbang pada pesawat asal Qatar.
Bagi Hamilim, ICAO bukan lembaga yang asing lagi. Dia pernah terpilih menjadi Wakil Presiden Dewan ICAO untuk periode 2010 – 2011.
Dikutip dari arabianaerospace.aer, Hamilim pada 2009 pernah ditunjuk sebagai kepala misi diplomatik permanen Uni Emirat Arab untuk ICAO. Kepercayaan itu menjadikannya delegasi permanen termuda dan perempuan pertama dari Uni Emirat Arab yang duduk di posisi itu.
Dalam sebuah wawancara, Hamilim mengaku menjadi pilot adalah mimpinya. Keseriusan Hamilim untuk mengejar mimpinya dibuktikan saat dia terpilih menjadi pilot perempuan pertama di Uni Emirat Arab yang mendapat izin mengemudikan burung besi (PPL) pada 1998 atau saat dia berusia 16 tahun.