TEMPO.CO, Jakarta - Venezuela diperkirakan rugi US$ 2,1 miliar atau sekitar 30 triliun akibat pemadaman listrik berkelanjutan selama bulan Maret.
"Ecoanalitica memperkirakan kerugian akibat krisis listrik yang dialami penduduk Venezuela sejak 7 Maret lalu pada US$ 2,106 miliar (Rp 30 triliun)," kata firma riset Ecoanalitica di Twitter, dikutip dari Sputnik, 3 April 2019.
Baca: Cina Bakal Bantu Venezuela Pulihkan Suplai Listrik pasca Padam
Jumlahnya setara dengan 2,5 persen dari produk domestik bruto tahunan Venezuela, tambah Ecoanalitica.
Pada awal Maret, Venezuela mengalami pemadaman listrik terburuk dalam sejarah, di mana sekitar 21 dari 23 provinsi tidak mendapat pasokan listrik.
Baca: Listrik Padam lagi, Oposisi Tuding Korupsi Maduro Penyebabnya
Pemasok listrik nasional Venezuela, Corpoelec, mengatakan bahwa insiden itu disebabkan oleh sabotase di pembangkit listrik tenaga air Guri, yang menghasilkan listrik untuk hampir semua provinsi.
Waduk Guri menjadi sumber pembangkit listrik utama di Venezuela. Reuters
Pemadaman listrik besar-besaran berlanjut di seluruh negeri pada Maret. Pemerintah mengatakan bahwa sistem listrik negara tersebut telah mengalami beberapa serangan.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyebut ada serangan elektromagnetik pada saluran transmisi listrik.
Baca: Listrik Padam, Nicolas Maduro Klaim PLTA Ditembak Sniper
Pada akhir pekan lalu, aksi protes spontan diadakan di Caracas dan beberapa kota lain, menuntut pemulihan pasokan listrik.
Pada Minggu, 31 Maret 2019, sejumlah masyarakat Venezuela yang marah membakar beberapa barikade yang dipasang di dekat istana kepresidenan.
Baca: Warga Venezuela Melakukan Aksi Protes di Dekat Istana Presiden
Dikutip dari Reuters, aksi pembakaran itu sebagai bentuk protes atas berkurangnya pasokan listrik dan air minum sepanjang Maret 2019.
Pemadaman listrik di seantero Venezuela membuat warga kekurangan air, dan rumah sakit berjuang menyelamatkan pasien kritis karena alat medis kehilangan pasokan listrik.