TEMPO.CO, Caracas -- Ribuan pendukung kelompok oposisi Venezuela turun ke jalan memprotes terjadinya padam listrik massal untuk kedua kalinya pada Maret 2019 ini.
Baca:
Pasokan listrik pulih perlahan setelah terjadinya padam listrik pada Senin pekan ini, yang mengenai mayoritas dari 24 negara bagian di negara sosialis ini.
Presiden Nicolas Maduro mengatakan waduk pembangkit listrik Guri mengalami serangan teroris. Pembangkit ini menyuplai mayoritas pasokan listrik di Venezuela.
Sebaliknya, tokoh oposisi Juan Guaido, yang didukung mayoritas negara Barat, menuding padamnya listrik secara berulang karena mismanajamen dan korupsi pemerintah.
“Kita tahu siapa yang bertanggung jawab terhadap padamnya listrik, Maduro,” kata Guaido dalam unjuk rasa di pinggiran Caracas yaitu daerah Los Teques pada Sabtu, 30 Maret 2019. “Kita harus mempercepat proses jatuhnya rezim korup dan pencuri ini.”
Baca:
Maduro menuding Guaido sebagai boneka Amerika Serikat untuk menjatuhkannya.
AS menggalang dukungan berbagai negara dan mengenakan sanksi ekonomi ke Venezuela untuk menjatuhkan Maduro. Namun, Maduro masih bertahan karena mendapat dukungan kuat dari para pimpinan militer.
Presiden Venezuela, Nicolas Guaido, dan Presiden interim, Juan Guido. Sky.com
Belakangan, Rusia mengirim pasukan sebanyak seratus orang spesialis untuk meningkatkan kemampuan militer Venezuela.
Baca:
Massa pendukung Maduro juga menggelar unjuk rasa memprotes imperialisme oleh AS, yang dituding Maduro menjadi dalang serangan terhadap pembangkit listrik dan jaringan transmisi.
“Jelas terlihat Guaido tidak paham situasi negara ini,” kata Natonio Ponce, 56 tahun, seorang sopir bus. “Dia ditaruh diposisinya itu oleh kelompok ultra-kanan. Dia tidak tahu apa yang dia minta sebenarnya.”
Baca:
Warga merasa kesal dengan kondisi ini. “Kita tidak punya listrik, air dan bensin,” kata Yuderkis Varela, 46 tahun, dari Venezuela.