TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Nicolas Maduro menuduh pembangkit listrik terbesar Venezuela ditembak menggunakan senapan sniper untuk menyabotase listrik Venezuela.
Menurut Maduro, sabotase PLTA Guri yang merupakan pemasok listrik terbesar venezuela, menyebabkan pemadaman listrik sebulan.
Baca: Venezuela Padam Listrik Lagi
"Serangan ini tentu saja dilakukan dengan senapan sniper. Biarkan rakyat Venezuela tanpa ragu mengetahui bahwa ada boneka jahat di balik serangan ini," kata Maduro dalam wawancara televisi nasional, seperti dikutip dari Sputnik, 28 Maret 2019.
Maduro mengimbau warga agar tetap tenang di tengah pemadaman listrik, seraya menambahkan kerusakan parah terjadi di PLTA.
Bendungan PLTA Guri, Venezuela.[www.moonofalabama.org]
Menurut NetBlocks, organisasi independen yang memantau internet di seluruh dunia mengatakan, hampir 70 persen wilayah Venezuela tanpa akses internet karena pemadaman listrik.
"Sudah 55 jam sejak dimulainya pemadaman listrik nasional di #Venezuela; 69% negara itu tetap offline setelah konektivitas drop," tulis NetBlocks di Twitter.
Baca: Venezuela Lumpuh Tanpa Listrik, Oposisi Umumkan Darurat Nasional
Rabu kemarin, Menteri Komunikasi Venezuela Jorge Rodriguez mengatakan kepada Telesur TV, bahwa pemasok energi nasional negara itu sedang bekerja untuk memulihkan listrik dari pemadaman.
Rodriguez juga menulis di Twitter pada hari yang sama bahwa Kamis akan dinyatakan sebagai hari libur umum, sekolah dan perusahaan di seluruh Venezuela ditutup untuk tiga hari berturut-turut.
Pemadaman listrik kembali menghantam Venezuela sekitar pukul 1.30 siang pada Senin, 25 Maret.
Baca: Lumpuh Tanpa Listrik, Presiden Venezuela Siap Restrukturisasi
Pemerintah Nicolas Maduro mengatakan pemadaman disebabkan oleh serangan terhadap pembangkit listrik tenaga air Guri yang menyediakan sekitar 80 persen dari suplai listrik Venezuela.