TEMPO.CO, Beijing – Pemerintah Cina mengatakan akan membantu Venezuela untuk mengembalikan aktivitas pembangkit listrik yang padam sejak 7 Maret 2019.
Baca:
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menuding Amerika Serikat melakukan sabotase siber yang membuat mayoritas negara itu mengalami padam listrik.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang, mengatakan pemerintah mendapat informasi bahwa pembangkit listrik di Venezuela padam setelah terkena serangan siber atau peretasan.
“Cina sangat prihatin soal ini. Cina berharap Venezuela bisa mengenai penyebab isu ini secepatnya dan menormalkan kembali suplai listrik dan ketertiban sosial. Cina bersedia untuk memberikan bantuan teknis mengembalikan aktivitas pembangkit listrik Venezuela,” kata Lu Kang seperti dilansir Reuters pada Rabu, 13 Maret 2019.
Baca:
Padamnya listrik ini membuat warga kesulitan beraktivitas seperti pompa air yang mati, dan tidak bisa mengecas ponselnya. Rumah sakit juga mengalami kesulitan untuk membuat peralatan medis berbasis listrik untuk berfungsi. Ekspor minyak dari pangkalan utama juga berhenti karena listrik padam.
Suplai listrik mulai pulih di banyak tempat di Venezuela pada Selasa, 12 Maret 2019, seperti dilansir para pengguna sosial media dan saksi mata.
Namun, listrik masih padam di sebagian ibu kota Caracas dan kawasan barat dekat perbatasan dengan Kolombia.
Baca:
Menteri Informasi, Jorge Rodriguez, mengatakan mayoritas suplai listrik sudah mulai pulih di sebagian besar wilayah Venezuela.
Seperti diberitakan, pemerintahan Venezuela pimpinan Presiden Nicolas Maduro bakal meminta bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB dan sejumlah negara sekutu untuk menginvestigasi serangan siber yang melumpuhkan pembangkit listrik tenaga air di Waduk Guri, yang terjadi sejak 7 Maret 2019.
“Saya akan meminta bantuan dari PBB dan juga dari Rusia, Cina, Iran, dan Kuba, yang memiliki pengalaman luas dalam isu perlindungan menghadapi serangan siber,” kata Maduro pada Selasa, 12 Maret 2019 dalam pidato yang disiarkan lewat aplikasi Periscope seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS, pada Rabu, 13 Maret 2019.
Baca:
Maduro, yang menghadapi tantangan politik dari tokoh oposisi Juan Guaido agar mundur sebagai Presiden, mengatakan telah membentuk sebuah komisi khusus kepresidenan untuk menginvestigasi serangan siber ini.
“Saya telah meminta agar spesialis internasional dilibatkan,” kata Maduro, yang menghadapi tekanan kelompok oposisi pimpinan Juan Guaido agar mundur dari posisi Presiden Venezuela.