TEMPO.CO, Jakarta - Kuasa Usaha Sementara atau Chargé d'Affaires ad interim dan Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Roy Ferguson, menyambangi Kantor Majelis Ulama Indonesia di Jakarta Pusat, Jumat, 22 Maret 2019, pasca serangan teror di Selandia Baru.
Baca:
Mucaad Ibrahim, Korban Termuda Teror di Selandia Baru, Dimakamkan
Ferguson datang terkait aksi penembakan di dua masjid di Kota Christchurch yaitu masjid Al Noor dan masjid Linwood pada pekan lalu. Serangan teror ini menewaskan 50 orang jamaah dan melukai sekitar 30 orang lainnya. Sebanyak 8 orang masih dirawat dalam keadaan kritis.
Dalam kesempatan itu, Ferguson mengatakan pemerintah Selandia Baru telah melakukan berbagai upaya untuk membantu korban serangan teroris ini. Diketahui satu warga negara Indonesia menjadi korban tewas dan dua lainnya mengalami luka.
Baca:
"Sebuah pusat layanan masyarakat telah didirikan di dekat rumah sakit di Christchurch untuk memastikan korban dapat mengakses dukungan dengan mudah," kata Ferguson.
WNI yang tewas, Lilik Abdul Hamid, diketahui telah dimakamkan di Selandia Baru. Sedangkan dua WNI yang terluka masih dirawat di rumah sakit setempat.Keduanya adalah seniman Zulfirmansyah dan putranya yang masih kecil.
Baca:
Ferguson berjanji memberi bantuan pada keluarga korban untuk dapat berkunjung ke Selandia Baru.
"Visa untuk anggota keluarga di luar negeri diprioritaskan sehingga mereka dapat menghadiri pemakaman," kata Ferguson.
Ferguson, yang merupakan pengganti sementara Dubes sebelumnya, Trevor Matheson, juga mengatakan polisi Selandia Baru memahami dan menghormati kepercayaan Muslim untuk menguburkan jenazah sesegera mungkin.
Baca:
Kepala Lembaga Koroner telah diminta bekerja sama agar proses penentuan penyebab kematian para korban, dapat dipercepat.
Ferguson mengatakan keamanan komunitas muslim di Selandia Baru adalah prioritas utama pemerintah saat ini. Dia menegaskan tindakan teror di Selandia Baru oleh pelaku yaitu Brenton Harrison Tarrant, 28 tahun, asal Australia, tidak mewakili Selandia Baru.
EGI ADYATAMA