TEMPO.CO, Jakarta - Kisah pengorbanan orang tua kepada putrinya bernama Sun Ying di Cina menarik perhatian publik di Negara Tirai Bambu itu. Sun Ying, 21 tahun, mahasiswi di Universitas Henan Normal didiagnosa mengalami lymphoma atau kanker kelenjar getah bening pada 2015.
Diagnosa itu terjadi setahun setelah ayah Sun Ting didiagnosa mengalami kanker paru-paru atau persisnya pada 2014.
Lantaran keluarga Sun Ying bukan dari kalangan berada, maka ayah Sun Ying memutuskan untuk tidak melanjutkan perawatan untuk mengobati kanker paru-paru yang diidapnya. Sebaliknya, dia menggunakan dana yang ada agar putrinya bisa melakukan transplantasi stem cell yang diperlukan Sun Ying pada saat itu.
Keputusan ayah Sun Ying untuk menghentikan pengobatan kepadanya, akhirnya membuatnya meninggal pada Desember 2015 lalu.
Baca: Deteksi Dini Kanker, Jangan Tunggu Ada Gejala
Sun Ying, 21 tahun, mahasiswi di Universitas Henan Normal didiagnosa mengalami lymphoma atau kanker kelenjar getah bening pada 2015. Sumber: Weibo/asiaone.com
Baca: Hari Kanker Sedunia, Ini 5 Faktor Penyebar Kanker Serviks
Dikutip dari asiaone.com, Rabu, 13 Maret 2019, Sun Ying sejak 2015 sampai 2018 telah melakukan 30 kali kemoterapi dan 20 kali sesi radiotherapi sambil terus melanjutkan kuliahnya. Ketika menjalani rangkaian proses pengobatan ini, tak seorang pun teman sekolah Sun Ying yang mengetahui kondisinya karena dia hanya ke rumah sakit setiap akhir pekan sehingga dia bisa mengikuti perkuliahan.
Teman-teman sekolah Sun Ying hanya mengetahui dia telah melakukan sejumlah operasi dan sering kurang enak badan. Yang mengejutkan, meski menderita kanker kelenjar getah bening Sun Ying masih bisa berprestasi secara akademik.
Prestasi akademik Sun Ying berbanding terbalik dengan perawatan kanker yang dialaminya. Perawatan yang dijalaninya telah membuatnya kehilangan banyak berat badan dan rambut rontok.
Kondisi Sun Ying yang sebenarnya terungkap saat dia kambuh tiga kali dalam tiga tahun dan hampir menyerah melawan kanker pada tahun lalu setelah dia terbaring selama lima bulan dengan demam sampai 40 derajat. Kondisi ini membuat ibu Sun Ying mengajukan cuti panjang bagi putrinya.
Mengetahui kondisi Sun Ying yang sesungguhnya, pihak universitas pun menggalang dana bagi perawatannya hingga terkumpul dana S$ 20,000 atau Rp 210 juta. Kisah pengorbanan orang tua dan perjuangan Sun Ying yang menginspirasi, dibagikan oleh pihak kampus ke media sosial.