TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Rakyat Malaysia akan menggunakan hak pilihnya pada hari pencoblosan pemilihan umum pada Rabu, 9 Mei 2018 deggan tokoh oposisi Mahathir Mohamad menyampaikan orasi politik terakhir.
Kandidat Perdana Menteri Malaysia dari kubu koalisi oposisi Pakatan Harapan, Mahathir Mohamad, menyampaikan orasi politik terakhir sekaligus kritik keras kepada Najib Razak, inkumben PM Malaysia, di Langkawi pada Selasa, 8 Mei 2018.
Baca: Najib Vs Mahathir Beradu Siaran Langsung Jelang Pemilu Malaysia
“Besok (hari ini) kita akan memilih. Ini tanggung jawab kita. Suara kita menentukan masa depan dan generasi yang akan datang,” kata Mahathir, 92 tahun, yang merupakan Perdana Menteri Malaysia terlama yaitu 22 tahun dari 1981 – 2003 seperti dilansir Channel News Asia.
Acara ceramah Mahathir ini disiarkan langsung lewat jejaring sosial Facebook dan ditayangkan ke layar di berbagai acara kampanye koalisi Pakatan Harapan di sejumlah lokasi. Namun acara kampanye ini tidak disiarkan lewat televisi nasional setempat, yang dikuasai pemerintah dan koalisi Barisan Nasional.
Baca: Eksklusif -- Sekjen Umno Bilang Ini Soal Polisi Periksa Mahathir
Seperti dilansir Reuters, ada sekitar 14,5 juta pemilih akan menggunakan hak pilihnya hari ini untuk memilih anggota parlemen, yang berjumlah 222 orang.
Ada dua koalisi partai politik yang bertarung yaitu Barisan Nasional, yang dimotori Umno serta 12 partai lainnya dan mendukung pemerintah. Koalisi ini mengusung Najib Razak, 65 tahun, sebagai Perdana Menteri untuk periode berikutnya.
(Kiri) Najib Razak, inkumber Perdana Menteri Malaysia selama 9 tahun terakhir, (Kanan) Mahathir Mohamad, eks Perdana Menteri Malaysia yang pernah menjabat selama 22 tahun. Kinibiz
Dan koalisi oposisi Pakatan Harapan, yang merupakan gabungan 4 partai dengan dimotori Partai Keadilan Rakyat. Koalisi ini mengusung Mahathir Mohamad, 92 tahun, sebagai Perdana Menteri berikutnya. Dia berjanji hanya akan memerintah 2 tahun dan menyerahkan kursi PM ke Anwar Ibrahim, yang merupakan pimpinan PKR dan bekas wakil PM saat Mahathir menjabat.
“Hanya suara kita dapat menyelamatkan negara kita. Nasib buruk akan terus berlanjut hingga generasi yang akan datang jika pemerintah sekarang masih berkuasa,” kata Mahathir, yang sekarang mendirikan Partai Pribumi Bersatu Malaysia setelah keluar dari Partai Umno pada 2016 karena pecah kongsi dengan Najib Razak.
Mahathir melanjutkan,”Kita hanya butuh memilih Pakatan Harapan karena suara kita akan menyelamatkan negara tercinta dari kepemimpinan yang menempatkan ‘uang sebagai raja’.
Ilustrasi Pemilu Malaysia pada 9 Mei 2018. Free Malaysia Today
Menurut Mahathir, yang awalnya adalah mentor politik Najib Razak dan mendukungnya naik sebagai PM pada 2009,”Mereka menilai harga diri kita bisa dibeli dengan uang ringgit. Jangan biarkan bangsa kita terus dipermalukan seperti ini.”
Mahathir mengkritik praktek korupsi dan skandal 1MDB, yang diduga melibatkan Najib Razak. Dia juga mengkritik kebijakan pemerintah menerapkan pajak Goods and Services Tax karena membuat biaya hidup publik naik.
“Bukannya berjuang untuk rakyat, negara dan agama, Najib percaya uang bisa membeli kepercayaan. Kita juga tidak memiliki demokrasi tapi kleptokrasi – negara dipimpin oleh seorang koruptor dan pencuri,” kata Mahathir.
Mahathir menambahkan,”Ini merupakan kontribusi terakhir saya untuk berjuang bagi negara kita. Saya tidak mencari posisi, harta atau jabatan. Apa yang saya miliki sudah cukup,” kata dia.
Pada saat yang sama Mahathir berpidato, Najib Razak berorasi di daerah Pekan, Pahang, yang merupakan basis pemilihannya. Selain disiarkan lewat Facebook, Pidato Najib juga ditayangkan oleh sejumlah stasiun televisi Malaysia, yang dikuasi pemerintah dan Barisan Nasional.