TEMPO.CO, Jakarta – Pengamat hubungan internasional dari President University, Dr Hoppi Yoon, mengatakan pemerintah Korea Utara sebenarnya tidak berkeberatan dengan penempatan pasukan Amerika Serikat di negeri ginseng itu.
“Ini karena ada ketidak-percayaan antara pemimpin Korea Utara dengan Cina,” kata Hoppi kepada Tempo, Kamis, 6 Mei 2018.
Baca: Ini Alasan Cina Marah Amerika Serikat Hukum Korea Utara
Menurut Hoppi, ketidak-percayaan itu muncul terkait hubungan dengan para pimpinan Partai Komunis Cina meskipun kedua negara memiliki hubungan yang baik. “Lagi pula ada sejumlah permusuhan yang sempat terjadi antara Cina dan Korea Utara sebelum ini,” kata dia.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, berjalan bersama pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di desa Panmunjom di dalam Zona Demiliterisasi Korea (DMZ), Korea Selatan, 27 April 2018. Ini untuk pertama kalinya, seorang pemimpin Korea Utara menginjakkan kaki di tanah Korea Selatan sejak perang Korea yang terjadi tahun 1950 hingga 1953. Korea Summit Press Pool/Pool via Reuters
Hoppi menyarankan pemerintah Korea Selatan dan Amerika Serikat membicarakan soal penempatan pasukan AS di negara itu, yang menurut media New York Times sebanyak sekitar 28 ribu pasukan.
Baca: Agar Tak Lewati Cina, Rusia Ajak Korea Utara Bangun Jembatan
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump, meminta Pentagon untuk menyiapkan opsi pengurangan pasukan di Korea Selatan. Permintaan ini dilakukan sebelum pertemuan Trump dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Trump menyebut penarikan pasukan untuk mengurangi beban biaya operasional militer yang bertujuan melindungi Jepang dan Korea Selatan. Terlebih kehadiran pasukan Amerika Serikat juga untuk mencegah ancaman nuklir Korea Utara. Saat ini, Korea Selatan menanggung setengah pembiayaan pasukan Amerika Serikat dengan nilai sekitar US$800 juta atau sekitar Rp11,2 triliun per tahun berdasarkan perjanjian, yang akan berakhir pada penghujung tahun 2018
Pentagon merasa khawatir keputusan ini bakal melemahkan hubungan keamanan antara Korea Selatan dan Jepang, yang masih takut terhadap ancaman nuklir Korea Utara. Namun sumber dari Pentagon enggan menyebut apakah pengurangan ini berarti penarikan penuh pasukan atau hanya pengurangan sebagian pasukan.
Pengurangan pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan sendiri tidak dibahas dalam pertemuan puncak Kim Jong Un dan Moon Jae-in pada 27 April 2018. Menhan Amerika Serikat, Jim Mattis, menanggapi soal nasib pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan dengan rencana membahas lebih lanjut dengan pemerintah kedua Korea.
Pengamat Universitas Georgetown, Victor D. Cha, membuat tanggapan positif terkait penarikan pasukan Amerika Serikat. Dia menyebut penarikan pasukan bisa menghemat anggaran militer dan Trump akan memiliki tawaran untuk negosiasi dengan Kim Jong Un.
Kini yang menjadi pertimbangan adalah tanggapan Korea Selatan atas keputusan ini. Sebelum perintah pengurangan pasukan Amerika Serikat oleh Trump, Korea Selatan menyatakan kehadiran pasukan Amerika Serikat masih dibutuhkan apapun hasil kesepakatan dengan Korea Utara.