Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hadapi Demonstran Gaza, Israel Gunakan Peluru dan Gas Mematikan?

image-gnews
Seorang petugas medis Palestina ditodongkan senjata oleh tentara Israel saat berusaha menolong pengunjuk rasa yang terluka saat bentrok di Tepi Barat, 12 Maret 2018. REUTERS/Mohamad Torokman
Seorang petugas medis Palestina ditodongkan senjata oleh tentara Israel saat berusaha menolong pengunjuk rasa yang terluka saat bentrok di Tepi Barat, 12 Maret 2018. REUTERS/Mohamad Torokman
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Israel dikabarkan menggunakan peluru ledak saat demonstrasi Gaza. Dikutip dari Aljazeera, Jumat 4 Mei 2018, peluru ledak atau yang dijuluki "peluru kupu-kupu" ini memberikan dampak mematikan dan luka parah kepada korbannya. Temuan ini berdasarkan laporan petugas medis yang menangani para korban.

Petugas medis menemukan kasus korban jiwa ditembak dengan peluru jenis baru yang meledak ketika menembus jaringan kulit dan merobek pembuluh bahkan hingga tulang.

24 korban yang diamputasi hanya terkena satu peluru yang ditembakkan penembak jitu Israel, termasuk jurnalis Yasser Murtaja dan Ahmad Abu Hussein yang tewas setelah ditembak di bagian perut saat meliput demonstrasi.

"Seluruh organ dalam korban hancur," ujar Ashraf Al-Qedra, juru bicara kementerian kesehatan Gaza.

Baca: Israel Usir Aktivis Hak Asasi Manusia Amerika Serikat

Jurnalis Palestina berusia 30 tahun Yasser Murtaja dievakuasi usai tewas tertembak oleh pasukan Israel di perbatasan Jalur Gaza. Kameramen Palestina untuk Ain Media tersebut meninggal pada hari Sabtu, 6 April 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Lebih lanjut al-Qedra memberikan informasi rinci dampak dari peluru. Peluru biasa hanya menembus jaringan kulit dan daging, namun peluru jenis ini meledak dan memberikan luka besar begitu menembus kulit, dan jika mengenai kaki mengakibatkan kaki hancur total. Al-Qedra juga menyebut peluru ini adalah yang paling mematikan yang digunakan tentara Israel sejauh ini.

Petugas medis wanita Palestina Razan Al-Najar memberikan pengobatan kepada para pendemo saat terjadinya bentrokan di perbatasan Israel-Gaza, di Jalur Gaza selatan 1 April 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa


Staf Medis dari Doctors Without Borders (MSF) yang berdinas di Gaza mengatakan, pasien yang ditembak dengan peluru ini menderita luka tak lazim dan harus ditangani dengan operasi pembedahan yang rumit.

Baca: Pertama Kali Israel Tebar Brosur di Gaza Palestina, Ini Isinya

Alaa Al-Daly disambut oleh sang ibu setibanya di kediamannya setelah mendapat perawatan di umah sakit di Gaza, Palestina, 18 April 2018. Ia sempat memohon untuk mendapat pengobatan di luar Gaza. Namun militer Israel menolak bantuan medis untuk warga Palestina yang ikut serta dalam aksi demonstrasi mengenang hari pengusiran tersebut. REUTERS/Suhaib Salem

Hingga kini sedikitnya 45 warga Palestina tewas sejak demonstrasi sejak satu bulan lalu. Sementara 7.000 warga Palestina terluka dalam peringatan hari Nakba di perbatasan Gaza dan Israel.


Peluru ledak telah dilarang secara internasional dalam Konvensi Hague tahun 1899 karena menyebabkan luka yang tidak perlu dan kesakitan yang amat sangat, akibat luka besar yang dihasilkan peluru.

Seorang demonstran wanita dievakuasi setelah menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel dalam aksi protes di perbatasan Israel-Gaza di Jalur Gaza selatan, 27 April 2018. Sejumlah pendemo terluka dalam aksi ini. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Baca: Israel Membela Diri Atas Serangan di Perbatasan Gaza Palestina


Selain peluru mematikan, juga ditemukan kasus penggunaan gas beracun terhadap demonstran. Gas kuning kehijauan yang ditemukan, menyebabkan korban yang terpapar kejang dan menderita kesulitan bernafas, pusing, serta peningkatan detak jantung. Dilaporkan 75 korban dilarikan ke rumah sakit akibat terdampak gas ini.

Sementara juru bicara dari angkatan bersenjata Israel menolak tuduhan ini.

"IDF hanya menggunakan persenjataan yang disetujui oleh hukum internasional. Tidak ada peluru mematikan jenis baru atau gas beracun yang digunakan dalam demonstrasi di Jalur Gaza," tulis juru bicara militer Israel.

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

36 menit lalu

Para pengunjuk rasa duduk di perkemahan saat mereka memprotes solidaritas dengan penyelenggara Pro-Palestina di kampus Universitas Columbia, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di New York City, AS, 19 April 2024. REUTERS/Caitlin Ochs
Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem

Polisi Amerika Serikat secara brutal menangkap para mahasiswa dan dosen di sejumlah universitas yang menentang genosida Israel di Gaza


Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

2 jam lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan


Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

4 jam lalu

Bayi perempuan Palestina, berhasil diselamatkan dari rahim ibunya Sabreen Al-Sheikh yang terbunuh dalam serangan Israel bersama suaminya Shokri dan putrinya Malak, terbaring di inkubator di rumah sakit Al-Emirati di Rafah di Jalur Gaza selatan 21 April 2024. Bayi tersebut ditempatkan di inkubator di rumah sakit Rafah bersama bayi lainnya. REUTERS/Mohammed Salem
Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan, dilaporkan meninggal pada Kamis.


Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

5 jam lalu

Mahasiswa pro-Palestina mengambil bagian dalam protes mendukung Palestina di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza, di Universitas Columbia di New York City, AS, 12 Oktober 2023. REUTERS/Jeenah Moon
Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina


Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

5 jam lalu

Orang-orang bekerja untuk memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh selama serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 21 April 2024. REUTERS/  Ramadhan Abed
Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

Penemuan kuburan massal di dua rumah sakit di Gaza telah memicu seruan kepala HAM PBB dan pihak lainnya untuk penyelidikan internasional.


Protes Kebijakan Biden di Gaza, Juru Bicara Deplu AS Mengundurkan Diri

9 jam lalu

Gedung Departemen Luar Negeri  di Washington. Reuters
Protes Kebijakan Biden di Gaza, Juru Bicara Deplu AS Mengundurkan Diri

Jubir bahasa Arab untuk Deplu AS telah mengundurkan diri dari jabatannya karena penentangannya terhadap kebijakan Biden di Gaza.


Mendapat Respons Keras dari Otoritas, Protes Pro-Palestina di Kampus AS Justru Meluas

10 jam lalu

Para pengunjuk rasa berada di sebuah perkemahan tempat para mahasiswa melakukan protes untuk mendukung warga Palestina, selama konflik antara Israel dan Hamas, di kampus Universitas Northwestern di Evanston, Illinois, AS, 25 April 2024. REUTERS/Nate Swanson
Mendapat Respons Keras dari Otoritas, Protes Pro-Palestina di Kampus AS Justru Meluas

Bentrokan baru antara polisi dan mahasiswa pro-Palestina yang menentang perang Israel di Gaza pecah pada Kamis, 25 April 2024.


Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

11 jam lalu

Petugas kepolisian menahan pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Texas, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Austin, Texas, AS 24 April 2024. REUTERS/Nuri Vallbona
Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.


70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

23 jam lalu

Seorang perempuan Palestina duduk diantara pakaian bekas di pasar loak mingguan di kamp pengungsian Nusseirat, Gaza, 15 Februari 2016. Permintaan untuk pakaian telah menjadi barometer bagi situasi ekonomi di Gaza. AP/Khalil Hamra
70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.


Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

23 jam lalu

Petugas menguburkan warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel, setelah jenazah mereka dibebaskan oleh Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di kuburan massal di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 30 Januari 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

Afrika Selatan menyerukan pada komunitas internasional agar dilakukan investigasi yang menyeluruh terkait temuan kuburan massal di Gaza