TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Israel dikabarkan menggunakan peluru ledak saat demonstrasi Gaza. Dikutip dari Aljazeera, Jumat 4 Mei 2018, peluru ledak atau yang dijuluki "peluru kupu-kupu" ini memberikan dampak mematikan dan luka parah kepada korbannya. Temuan ini berdasarkan laporan petugas medis yang menangani para korban.
Petugas medis menemukan kasus korban jiwa ditembak dengan peluru jenis baru yang meledak ketika menembus jaringan kulit dan merobek pembuluh bahkan hingga tulang.
24 korban yang diamputasi hanya terkena satu peluru yang ditembakkan penembak jitu Israel, termasuk jurnalis Yasser Murtaja dan Ahmad Abu Hussein yang tewas setelah ditembak di bagian perut saat meliput demonstrasi.
"Seluruh organ dalam korban hancur," ujar Ashraf Al-Qedra, juru bicara kementerian kesehatan Gaza.
Baca: Israel Usir Aktivis Hak Asasi Manusia Amerika Serikat
Jurnalis Palestina berusia 30 tahun Yasser Murtaja dievakuasi usai tewas tertembak oleh pasukan Israel di perbatasan Jalur Gaza. Kameramen Palestina untuk Ain Media tersebut meninggal pada hari Sabtu, 6 April 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Lebih lanjut al-Qedra memberikan informasi rinci dampak dari peluru. Peluru biasa hanya menembus jaringan kulit dan daging, namun peluru jenis ini meledak dan memberikan luka besar begitu menembus kulit, dan jika mengenai kaki mengakibatkan kaki hancur total. Al-Qedra juga menyebut peluru ini adalah yang paling mematikan yang digunakan tentara Israel sejauh ini.
Petugas medis wanita Palestina Razan Al-Najar memberikan pengobatan kepada para pendemo saat terjadinya bentrokan di perbatasan Israel-Gaza, di Jalur Gaza selatan 1 April 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Staf Medis dari Doctors Without Borders (MSF) yang berdinas di Gaza mengatakan, pasien yang ditembak dengan peluru ini menderita luka tak lazim dan harus ditangani dengan operasi pembedahan yang rumit.
Baca: Pertama Kali Israel Tebar Brosur di Gaza Palestina, Ini Isinya
Alaa Al-Daly disambut oleh sang ibu setibanya di kediamannya setelah mendapat perawatan di umah sakit di Gaza, Palestina, 18 April 2018. Ia sempat memohon untuk mendapat pengobatan di luar Gaza. Namun militer Israel menolak bantuan medis untuk warga Palestina yang ikut serta dalam aksi demonstrasi mengenang hari pengusiran tersebut. REUTERS/Suhaib Salem
Hingga kini sedikitnya 45 warga Palestina tewas sejak demonstrasi sejak satu bulan lalu. Sementara 7.000 warga Palestina terluka dalam peringatan hari Nakba di perbatasan Gaza dan Israel.
Peluru ledak telah dilarang secara internasional dalam Konvensi Hague tahun 1899 karena menyebabkan luka yang tidak perlu dan kesakitan yang amat sangat, akibat luka besar yang dihasilkan peluru.
Seorang demonstran wanita dievakuasi setelah menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel dalam aksi protes di perbatasan Israel-Gaza di Jalur Gaza selatan, 27 April 2018. Sejumlah pendemo terluka dalam aksi ini. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Baca: Israel Membela Diri Atas Serangan di Perbatasan Gaza Palestina
Selain peluru mematikan, juga ditemukan kasus penggunaan gas beracun terhadap demonstran. Gas kuning kehijauan yang ditemukan, menyebabkan korban yang terpapar kejang dan menderita kesulitan bernafas, pusing, serta peningkatan detak jantung. Dilaporkan 75 korban dilarikan ke rumah sakit akibat terdampak gas ini.
Sementara juru bicara dari angkatan bersenjata Israel menolak tuduhan ini.
"IDF hanya menggunakan persenjataan yang disetujui oleh hukum internasional. Tidak ada peluru mematikan jenis baru atau gas beracun yang digunakan dalam demonstrasi di Jalur Gaza," tulis juru bicara militer Israel.