Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perang Dagang Amerika -- Cina, Dulu Versus Eropa dan Jepang

Editor

Budi Riza

image-gnews
Ilustrasi persaingan ekonomi AS dan Cina. Stansberrychurchouse
Ilustrasi persaingan ekonomi AS dan Cina. Stansberrychurchouse
Iklan

TEMPO.CO, Washington - Istilah “perang dagang” muncul di berbagai pemberitaan media massa global dan lokal selama dua bulan terakhir.

Ini dipicu ketegangan ekonomi antara Amerika Serikat dan Cina terkait kegiatan ekspor - impor kedua negara, yang cenderung menguntungkan Cina hingga sekitar US$375 miliar atau sekitar Rp5200 triliun per tahun.

Baca: Baca: Perang Dagang, Media Cina Yakin Bakal Menang Lawan Amerika

"Pada 1930an AS pernah mengeluarkan kebijakan tarif untuk proteksi pabrik domestik," begitu dilansir CNBC pada awal April 2018.

CNN melansir istilah perang dagang berarti situasi kompetisi antar-negara yang ditunjukkan dengan satu negara mengenakan hambatan perdagangan berupa kenaikan tarif atau pembatasan kuota terhadap produk impor dari negara lain. Ini menimbulkan aksi balasan dari negara yang merasa dirugikan.

Baca: Perang Dagang, Trump Mengecam Tarif Impor Cina

Pernyataan Presiden AS, Donald Trump, pada Maret 2018, yang mengenakan kenaikan tarif impor 25 persen dan 10 persen atas produk baja dan aluminium, memicu terjadinya ini.

Cina membalas, seperti dilansir Reuters, dengan menaikkan tarif impor untuk produk pertanian AS dengan kisaran sama. Dan ini melebar ke ribuan daftar produk antarkedua negara seperti elektronik, komponen mobil hingga pesawat terbang.

Presiden Donald Trump, bersama dengan Presiden Cina, Xi Jinping saat kunjungannya ke Cina. scmp.com

Ini bukan pertama kalinya AS terlibat perang dagang. Pada 1930 an, Amerika juga melakukan kebijakan proteksionis. Kongres membuat peraturan soal tarif yang dikenal sebagai Smoot-Hawley Tariff Act. Ini dilakukan untuk melindungi pabrik-pabrik di AS yang kalah bersaing dengan pabrik dari berbagai negara untuk menjual produk di pasar AS sendiri.

Negara-negara Eropa yang terkena imbas undang-undang itu lalu membalas mengenakan pajak tinggi untuk berbagai produk impor asal AS. “Bukannya membangkitkan ekonomi, ini malah memperparah Great Depression (era Depresi Besar). Ini membuat AS semakin sulit untuk keluar dari krisis ekonomi saat itu,” begitu dilansir CNBC pada awal April 2018.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perang dagang ini meluas dengan munculnya berbagai retorika nasionalistik dari berbagai tokoh di berbagai negara hingga akhirnya berdampak terjadinya perang bersenjata dengan dimulainya Perang Dunia II pada 1940an.

AS juga kembali terlibat perang dagang dengan Jepang pada era 1980 an dengan mengenakan tarif tinggi untuk sejumlah barang impor pada era Presiden Ronald Reagan. Ini seperti produk baja dan mobil dari Jepang, yang laku keras di AS. Sejumlah pabrik baja AS menjadi tutup.

“Defisit perdagangan AS dengan Jepang naik dari US$9,1 miliar (sekitar Rp126 triliun) menjadi US$37 miliar (sekitar Rp513 triliun) dari 1979 sampai 1984,” begitu dilansir Japan Times.

Untuk menghindari berkembangnya perang dagang ini, negara-negara menyetujui aturan yang lebih ketat oleh World Trade Organization.

Komoditas baja kembali menjadi ‘bintang’ pada perang dagang antara AS dan Eropa pada 2002. Saat itu, Presiden George W. Bush, mengenakan tarif hingga 30 persen untuk impor baja. “Tapi tarif itu segera dicabut hanya dalam waktu dua tahun dari rencana tiga tahun karena mendapat ancaman dari rekan bisnis perusahaan Eropa,” begitu dilansir CNBC.

Bekas Menteri Perdagangan, Carlos Gutierrez, era Presiden Bush senior, mempertanyakan upaya pemerintahan Trump saat ini untuk menyelamatkan industri baja dan aluminium. Pada awal Mearet, Trump mulai mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium sekitar 25 dan 10 persen untuk melindungi para pekerja pabrik baja dan aluminium di AS.

Menurut Gutierrez dalam wawancara dengan CNBC, serapan tenaga kerja kedua industri ini telah menurun sejak puncaknya pada 1953.

“Berpikir kita akan bisa mengembalikan industri ini ke masa jayanya agak naif,” kata Guiterrez, yang sekarang menjabat sebagai ketua Albright Stonebridge Group. “Mengapa mencoba mengembalikan industri yang telah turun selama beberapa dekade dan bukanya menciptakan industri baru.”

Belakangan Cina dan AS menjajaki pertemuan untuk membahas tarif impor kedua negara untuk menghindari melebarnya perang dagang, yang bisa berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi global.  

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

1 jam lalu

Bendera AS dan logo TikTok terlihat melalui pecahan kaca dalam ilustrasi yang diambil pada 20 Maret 2024. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.


Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

17 jam lalu

Ilustrasi lahan padi. TEMPO/Magang/Joseph.
Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.


Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

19 jam lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai mendampingi Presiden Jokowi bertemu Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan di Istana Kepresiden Jakarta, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.


Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

23 jam lalu

Pedagang menjajakan foto pasangan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 di lapaknya di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat, Sabtu, 6 April 2024. Meski proses gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 masih berjalan dan pelantikan presiden terpilih belum dilaksanakan, foto pasangan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden 2024-2029 sudah mulai dipasarkan. TEMPO/Martin Yogi
Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.


Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

1 hari lalu

Huawei Nova 12. gsmarena.com
Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC


Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

1 hari lalu

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Departemen Luar Negeri di Washington, AS, 26 Oktober 2023. REUTERS/Sarah Silbiger
Antony Blinken Minta Beijing Beri Kesetaraan Kesempatan untuk Pengusaha Amerika di Cina

Antony Blinken menyerukan pada Cina agar memberikan kesempatan yang sama pada para pelaku bisnis dari Amerika Serikat di Cina.


Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

2 hari lalu

Menko Marves Luhut Pandjaitan mengunggah sejumlah foto ketika bersama Menlu Cina Wang Yi sebelum memulai Dialog Tingkat Tinggi dan Mekanisme Kerja Sama Keempat Indonesia-China (HDCM) di Labuan Bajo, Sabtu, 20 April 2024. Instagram
Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.


Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

2 hari lalu

Suasana mudik lebaran di Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) Halim, Jakarta, Sabtu, 6 April 2024. Kereta cepat Whoosh untuk pertama kalinya bakal melayani penumpang mudik lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

Pengamat dari MTI membeberkan alasan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal lebih sukses ketimbang Jakarta-Bandung.


Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

2 hari lalu

Cuplikan video padi di gurun Dubai, yang dikembangkan CIna,  7 April 2024 (Asia Hot Topics)
Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.


Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

2 hari lalu

Rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Diubah
Luhut Rencanakan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina, Apa Bedanya dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung?

Luhut menggadang-gadang proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Cina. Berikut perbedaan spesifikasi dan lainnya dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung.