TEMPO.CO, Jakarta - Donald Trump, Theresa May, dan Emmanuel Macron bersepakat menghujani Suriah dengan puluhan rudal sekitar seminggu seusia serangan senjata kimia yang menyasar warga Suriah di Douma. Serangan senjata kimia itu menewaskan 75 orang, termasuk anak-anak. Apa yang mereka katakan tentang serangan rudal ini?
Baca: Suriah Tembak Jatuh 13 Rudal Amerika Serikat dan Sekutu
"Saya memerintahkan angkatan bersenjata Amerika Serikat meluncurkan serangan presisi pada target yang terkait dengan kemampuan senjata kimia diktator Suriah Bashar al-Assad," ucap Trump, seperti dilansir CNN pada 14 April 2018.
Perdana Inggris Theresa May mengatakan pihaknya menggunakan kekuatan untuk menghalangi penggunaan senjata kimia oleh rezim Suriah. Serangannya dibatasi pada target yang tepat sasaran demi kepentingan nasional.
Baca: Lagi, Amerika Serikat dan Sekutunya Menyerang Suriah
"Kami tidak dapat mengizinkan penggunaan senjata kimia di Suriah, di jalanan Inggris, atau di mana pun di dunia kita. Perilaku keji ini harus dihentikan untuk melindungi orang yang tidak bersalah di Suriah dan sikap penolakan terhadap penggunaan senjata-senjata ini," ujar May, seperti dikutip Daily Mail, 14 April 2018.
Adapun Presiden Prancis Emmanuel Macron menuturkan serangan bersama Amerika Serikat dan Inggris dilakukan karena sudah ada bukti rezim Assad bertanggung jawab atas serangan kimia pekan lalu di Kota Douma, Suriah.
Baca: Rusia: Ketidakstabilan di Suriah Sudah Dipolitisasi
“Garis merah yang ditetapkan Prancis pada Mei 2017 telah dilewati. Jadi, saya memerintahkan pasukan bersenjata Prancis terlibat malam ini sebagai bagian dari operasi internasional koalisi dengan Amerika Serikat dan Inggris serta diarahkan melawan gudang senjata klandestin dari rezim Suriah," kata Macron.
Macron menegaskan, operasi itu terbatas pada kemampuan Suriah untuk memproduksi senjata kimia. Dia tidak memberikan rincian tentang peralatan apa yang terlibat dalam operasi atau lokasi yang menjadi target.