TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya meluncurkan serangan ke Suriah pada Jumat, 13 April 2018, waktu Amerika. Serangan itu ditujukan Presiden Donald Trump untuk menghukum Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang diduga kuat dalang penyerangan senjata kimia di Kota Douma pada 7 April lalu. Penyerangan di Douma tersebut menewaskan lebih dari 40 orang.
Dikutip dari situs Nytimes.com pada Sabtu, 14 April 2018, Trump mengatakan Inggris dan Prancis telah bergabung dengan Amerika Serikat dalam melancarkan serangan ini. Dia meyakinkan bahwa serangan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya ini akan secara tepat menghancurkan tempat produksi, penyebaran, dan penggunaan senjata-senjata kimia di Suriah, yang menjadi fokus kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat.
“Kami siap mempertahankan tindakan ini sampai rezim Suriah berhenti menggunakan zat-zat kimia terlarang,” ucap Trump.
Baca: 6 Negara Bertempur Besar-besaran di Suriah, untuk Apa?
Presiden Donald Trump. REUTERS/Kevin Lamarque
Baca: Amerika Serikat Tak Ingin Terlibat Perang di Suriah
Dahsyatnya serangan yang dilancarkan Amerika Serikat ini telah membuat penduduk Ibu Kota Damaskus terbangun. Ledakan berkali-kali terdengar dan mengguncang Damaskus sebelum azan subuh berkumandang. Stasiun televisi Suriah mewartakan, sistem pertahanan udara telah merespons agresi militer Amerika Serikat. Disiarkan pula rudal-rudal yang sedang ditembakkan ke langit malam Suriah. Sebanyak 13 rudal telah ditembakkan oleh pertahanan udara Suriah di dekat Kota Al-Kiswa, sebuah kota di selatan Damaskus.
Lembaga hak asasi manusia, Syrian Observatory for Human Rights, menyatakan sebuah pusat penelitian ilmu pengetahuan dan markas militer di dekat Damaskus remuk dalam serangan tersebut. Kondisi sama terjadi di divisi 4 angkatan bersenjata Suriah dan pasukan Republik.
Perdana Menteri Inggris Theresa May menuturkan serangan sekutu-sekutu Amerika Serikat ke pusat senjata-senjata kimia pemerintah Suriah ditujukan bukan hanya untuk melindungi masyarakat sipil yang tak berdosa, tapi juga untuk mencegah serangan senjata kimia terulang lagi.
Serangan militer yang dilancarkan Trump dan sekutu-sekutunya ini berisiko memperdalam perang sipil Suriah dan bertolak belakang dengan keinginan Trump, yang pada akhir pekan lalu ingin menarik diri dari perang Suriah.