TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara saat ini dilaporkan mengalami krisis keuangan yang parah setelah dikenai berbagai sanksi internasional, sehingga mendorong Kim Jong Un mendadak berkunjung ke Cina akhir Maret lalu.
Hal ini dikatakan sejumlah pengamat Korea Utara kepada The Korea Times, 11 April 2018.
Baca: Kim Jong Un Siap Bahas Denuklirisasi dengan Donald Trump
Kim Jong Un bermaksud mencari cara untuk bebas dari sanksi dan mengakhiri krisis keuangan di negaranya. Upaya menambal sulam krisis keuangan negaranya tidak membuahkan hasil.
Baca: Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, saat mengunjungi pegunungan Paektu di Pyongyang, 9 Desember 2017. KCNA/via REUTERS
"Kapal Kim penuh dengan lubang dan penambalan yang dilakukan tak menolongnya. Saya sangat yakin itu sebabnya Kim mendadak merasa dia harus segera ke Beijing," kata William Brown, profesor di Foreign Service di Georgetown School, seperti dikutip dari The Korea Times, 11 April 2018.
Baca: PBB Jatuhkan Sanksi Lagi ke Korea Utara
Krisis keuangan parah di Korea Utara dirujuk dari data Global Trade Atlas, Peta Perdagangan Global yang menyebutkan, impor Cina dari Korea Utara pada Februari lalu sebesar US$ 9 juta. Angka ini turun 95 persen dari nilai impor tahun lalu.
Begitu pula dengan ekspor Korea Utara anjlok 32 persen dari US$103 juta di periode yang sama.
"Sanksi-sanksi itu sedang menggigit," kata Joseph DeTrani, mantan utusan khusus Amerika Serikat ke perundingan enam pihak di Korea Utara.
Baca: Bawa Pesan Pemimpin Korea Utara, Pejabat Korea Selatan ke Amerika
Cina merupakan sekutu lama Korea Utara dan berkepentingan untuk mencegah agar perekonomian Korea Utara tidak kolaps, karena akan berdampak pada Cina, tetangga terdekat Korea Utara.
Dan, presiden Cina Xi Jinping diduga kuat di balik kunjungan tak resmi dan mendadak Kim Jong Un ke Cina akhir Maret lalu dan kesediaan Kim Jong Un menghadiri pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam waktu dekat ini.