TEMPO.CO, Moskow - Pemerintah Rusia menuding Amerika Serikat dan Inggris bersekutu memojokkan Rusia terkait dengan isu penyerangan racun terhadap bekas agen ganda Rusia, Kolonel Sergei Skripal, di Inggris pada awal Maret 2018.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan ini terlihat dari langkah pengusiran diplomat Rusia yang dilakukan kedua negara dan diikuti negara-negara Barat lain.
Baca: Inggris, Amerika, Jerman, dan Prancis Bersatu Salahkan Rusia
“Kami menyadari kekuatan tekanan dari London dan Washington. Kami tidak meragukan keduanya mensinkronisasi tindakan mereka di NATO dan Uni Eropa serta membuat negara lain mengikuti,” ucap Zakharova kepada media, seperti dilansir kantor berita TASS, Kamis, 29 Maret 2018.
Baca: 27 Negara Usir Diplomat Rusia Tapi 10 Negara Tidak, Ini Daftarnya
Hubungan Rusia dan negara-negara Barat, khususnya Inggris dan AS, memburuk pascainsiden penyerangan bekas agen ganda Sergei Skripal di Salisbury, Inggris selatan.
Seperti dilansir Reuters, Skripal, 66 tahun, dan putrinya Yulia, 33 tahun, terkapar di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury setelah terkena racun syaraf Novichok.
Sergei Skripal, 66 tahun, dan putrinya Yulia, 33 tahun, dalam kondisi kritis di rumah sakit saat ini.l [Rex Features]
Pemerintah Inggris menuding Rusia sebagai pelaku karena racun itu buatan salah satu institut di Rusia pada era Uni Soviet.
Sebaliknya, Rusia membantah tudingan ini dan meminta Inggris membuktikan agennya tidak terlibat dalam skema penyerangan itu untuk mendiskreditkan Rusia.
Inggris lalu mengusir 23 diplomat Rusia dan dibalas pengusiran dengan jumlah yang sama oleh Moskow. AS dan negara-negara Barat lain kemudian mengikuti langkah Inggris dengan mengusir diplomat Rusia.
AS mengusir 60 diplomat Rusia dan menutup kantor konsulat jenderal di Seattle setelah pada 2017 menutup konsul Rusia di San Francisco terkait dengan intervensi pemilu AS pada 2016.
Media ABC News melansir, ada 27 negara plus NATO yang mengusir diplomat dan perwakilan Rusia dengan total 151 diplomat.
Zakharova menuturkan, “Kami mengerti tekanan tidak manusiawi yang mereka lakukan dengan mengeksploitasi prinsip solidaritas dan prinsip kebijakan luar negeri bersatu.”
Menurut Zakharova, Inggris dan AS merupakan dua negara yang diuntungkan dari insiden penyerangan bekas intelijen Rusia, Skripal.