TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin Inggris, Amerika Serikat, Jerman, dan Prancis mengeluarkan pernyataan bersama mengutuk penyerangan terhadap eks intel Sergei Skripal di Salisbury menggunakan racun saraf Novichok sebagai serangan terhadap kedaulatan Inggris.
Mereka menyatakan Rusia diduga kuat berada di balik penyerangan terhadap bekas intelnya yang tinggal di Inggris itu. Pernyataan bersama ini dikeluarkan Perdana Menteri Inggris Theresa May, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Baca: Rusia: Tudingan PM Inggris Soal Racun Saraf Perbuatan Gila
Rilis pernyataan ini, menurut media Guardian, disampaikan kantor PM Inggris, Downing Street, kepada media sebagai bagian dari upaya Inggris menggalang dukungan internasional. PM Inggris juga mengunjungi Salisbury untuk mengecek langsung kondisi di lapangan.
Baca: Lagi, Warga Rusia Musuh Putin Ditemukan Tewas di Inggris
Mantan intelijen Rusia dan Inggris, Sergei Skripal, sekarat akibat terkena zat tak dikenal di Inggris [Independent.co.uk/AP]
Seperti dilansir Reuters, Prancis awalnya agak ragu untuk mendukung posisi Inggris bahwa Rusia adalah pihak yang disalahkan untuk penyerangan ini. Saat itu, Prancis mengatakan ingin mendapat bukti yang jelas lebih dulu.
"Semuanya menunjukkan tanggung jawab soal ini berada di Rusia dan penyelidikan soal ini oleh intelijen Inggris dibagi kepada intelijen Prancis, yang mengkonfirmasi hasilnya," kata Macron kepada pers, Kamis, 15 Maret 2018.
Macron melanjutkan, "Prancis mengecam serangan ini di wilayah negara sekutu dan saya ingin menunjukkan solidaritas saya kepada Theresa May."
Sergei Skripal dan putrinya ditemukan dalam keadaan sekarat di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury karena terkena racun Novichok, yang merupakan buatan militer Rusia. Inggris lalu mengusir 23 orang diplomat Rusia, yang disebut sebagai mata-mata.
Pemerintah Rusia membantah terlibat dalam serangan ini dan meminta akses kepada Inggris untuk memeriksa langsung peristiwa ini, termasuk sampel racun yang digunakan. Rusia menyatakan menyiapkan balasan atas pengusiran diplomatnya itu.