TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte meminta pemerintah Kuwait untuk memastikan tenaga kerja dari Filipina atau OFW bisa tidur 7 jam per hari, mendapat cukup makan, bisa menikmati liburan dan tidak ada penyitaan paspor oleh majikan. Ketentuan-ketentuan itu dimasukkan Duterte dalam sebuah rancangan kesepakatan dengan pemerintah Kuwait.
“Saya menuntut itu semua ada dalam sebuah kontrak pemerintah dengan pemerintah dan akan ada beberapa kententuan lain, seperti mereka harus diberikan waktu untuk tidur 7 jam per hari,” kata Duterte seperti dikutip dari Rappler.com pada Rabu, 21 Maret 2018.
Baca:Kuwait Undang Duterte Selesaikan Kasus Buruh Migran Filipina
Rodrigo "Digong" Duterte. REUTERS/Erik De Castro
Baca:Pekerja Filipina Dilecehkan, Duterte Ingatkan Kuwait: Harga Diri
Hal lain yang ditekankan oleh Duterte kepada Kuwait adalah perusahaan atau majikan di Kuwait yang mempekerjakan warga Filipina tidak boleh menyita paspor mereka. Sebab praktik-praktik seperti ini memungkinkan majikan atau perusahaan melarang tenaga kerja tersebut kembali ke Filipina. Sebaliknya, jika memungkinkan paspor para tenaga kerja Filipina itu bisa diserahkan ke sebuah otoritas, yang tidak akan menyalahgunakan kekuasaan.
“Tidak boleh ada penyitaan paspor oleh perusahaan. Jika perlu, paspor diserahkan langsung saat tenaga kerja itu tiba di suatu negara tempat mereka akan bekerja. Sebagai tambahan, tenaga kerja dari Filipina harus mendapatkan waktu untuk liburan. Buruh migran dari Filipina tidak boleh disiksa. Kami bukan budak, mungkin satu-satunya kesalahan kami di negara Anda karena kami miskin,” kata Duterte.
Presiden Duterte telah melarang tenaga kerja Filipina bekerja ke Kuwait menyusul menggantungnya sebuah kesepakatan antara Filipina dan Kuwait terkait perlindungan bagi para tenaga kerja Filipina yang bekerja disana. Duterte saat ini sedang mempertimbangkan untuk menerapkan keputusan serupa di negara-negara Timur Tengah lainnya.