TEMPO.CO, Jakarta - Gempa berkekuatan 7,2 magnitudo mengguncang Taiwan pada Rabu, 3 April 2024. Ini adalah gempa terkuat yang melanda pulau itu setidaknya dalam 25 tahun terakhir. Gempa Taiwan itu juga sempat memicu peringatan tsunami di Jepang selatan serta Filipina.
Setidaknya 26 bangunan runtuh, lebih dari setengahnya berada di Hualien, dengan sekitar 20 orang terjebak dan masih berupaya diselamatkan.
Stasiun-stasiun televisi Taiwan menayangkan cuplikan bangunan-bangunan pada sudut berbahaya di Hualien, tempat gempa terjadi tepat di lepas pantai sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Saat itu orang-orang sedang berangkat kerja dan sekolah. Gempa tersebut memiliki kedalaman 15,5 kilometer, menurut Badan Cuaca Pusat Taiwan.
1. Sedikit Kerusakan
Dilansir pada NYTimes, Ketika gempa bumi terbesar di Taiwan dalam setengah abad terakhir melanda lepas pantai timurnya, gedung-gedung di kota terdekat, Hualien, bergoyang dan berguncang. Ketika lebih dari 300 gempa susulan mengguncang pulau tersebut selama 24 jam berikutnya hingga Kamis pagi, bangunan-bangunan itu berguncang lagi dan lagi.
Namun, sebagian besar bangunan-bangunan itu tetap berdiri.
Bahkan dua bangunan yang mengalami kerusakan paling parah masih tetap utuh, memungkinkan penghuninya untuk memanjat ke tempat yang aman melalui jendela di lantai atas. Salah satunya, Gedung Uranus yang berbentuk bulat dan terbuat dari batu bata merah, yang bersandar dengan goyah setelah lantai pertamanya runtuh, sebagian besar menarik perhatian para penonton yang penasaran.
Bangunan ini menjadi pengingat betapa Taiwan telah mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana seperti gempa bumi berkekuatan 7,4 skala Richter yang mengguncang pulau tersebut pada hari Rabu. Mungkin karena adanya perbaikan dalam peraturan bangunan, kesadaran masyarakat yang lebih besar dan operasi pencarian dan penyelamatan yang sangat terlatih - dan, kemungkinan besar, sedikit keberuntungan - jumlah korban relatif rendah.
Hingga hari Kamis, 4 April 2024 10 orang meninggal dan lebih dari 1.000 orang lainnya terluka. Beberapa lusin orang hilang.
2. Taiwan Belajar dari gempa '921'
Guncangan tersebut merupakan yang terkuat di Taiwan sejak gempa berkekuatan 7,3 skala Richter melanda bagian tengah pulau tersebut pada 1999.
Bencana pada 1999 menyebabkan lebih dari 2.000 korban jiwa, sekitar 11.300 orang luka-luka dan runtuhnya lebih dari 51.000 bangunan. Dinamakan berdasarkan tanggal kejadiannya, 21 September 1999, peristiwa tragis ini dikenal luas di Taiwan sebagai gempa "921".
Namun, dibandingkan dengan gempa bumi tahun 921, gempa yang terjadi baru-baru ini mengakibatkan kerusakan yang lebih sedikit dan korban jiwa yang lebih sedikit.
Ou Yu-chen, Direktur Pusat Penelitian Teknik Gempa di Universitas Nasional Taiwan, mengaitkan hal ini dengan "kemajuan substansial dalam teknologi yang berhubungan dengan konstruksi dan desain."
"Pada gempa yang parah, runtuhnya bangunan biasanya menjadi penyebab utama timbulnya korban jiwa dan cedera. Sejak gempa tahun 921, gedung-gedung baru yang dibangun di Taiwan semakin tahan gempa,” kata Ou kepada DW.
Perbaikan dilakukan dalam merancang bangunan agar tahan terhadap gempa yang lebih kuat, termasuk memasukkan lebih banyak elastisitas pada bangunan.
"Saat merancang bangunan, kami biasanya mengasumsikan intensitas gempa tertentu. Sekarang, kami telah meningkatkan skala tersebut agar struktur dapat menahan gempa yang lebih kuat,” kata Ou ihwal desain konstruksi sebelum gempa Taiwan itu. "Elastisitas berarti meskipun gempa melebihi kapasitas struktur, bangunan dapat bergoyang, mengalami kerusakan, dan retak, tetapi kecil kemungkinannya untuk runtuh."
DIMAS KUSWANTORO I DW I DEWI RINA CAHYANI
Pilihan editor: Korban Luka Gempa Taiwan Bertambah Menjadi Lebih 1.000 Orang