TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kuwait mengundang Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk mengunjungi negara tersebut pada awal Maret 2018, menyusul upaya kedua negara menyelesaikan tuduhan kasus-kasus penganiayaan buruh migran asal Filipina di Kuwait.
Hubungan kedua negara diselimuti ketegangan setelah ditemukan jasad seorang buruh migran asal Filipina dalam lemari es di sebuah apartemen di Kuwait. Kejadian ini membuat Duterte segera mengambil langkah dengan menyediakan penerbangan gratis bagi para buruh migran dari negara itu yang ingin meninggalkan Kuwait. Langkah evakuasi ini, yang dinilai pemerintah Kuwait tidak perlu, secara tak langsung telah membuat hubungan bilateral kedua negara retak.
Baca: Kasus Mary Jane, Aktivis Kecam Pernyataan Jokowi
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. REUTERS
Pemerintah Filipina, pada Januari 2018, telah menghentikan pengiriman tenaga kerja ke Kuwait menyusul derasnya laporan atas kasus-kasus penganiayaan yang dilakukan para majikan terhadap buruh migran dari Filipina hingga mendorong terjadinya bunuh diri.
“Kami telah mengusulkan kepada otoritas berwenang Filipina untuk menyelesaikan masalah-masalah ini dan tidak menyebarkannya ke media. Sudah ada kesepakatan regulasi mengenai hal ini dan kami pun sudah menerima respons,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Kuwait Khalid al-Jarallah, Senin, 19 Februari 2018, seperti dikutip dari Reuters.
Baca: Pekerja Filipina Dilecehkan, Duterte Ingatkan Kuwait: Harga Diri
Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, dua penerbangan komersial gratis, yang penuh dengan buruh migran asal Filipina, tiba di Manila dari Kuwait, sesuai dengan permintaan Duterte. Hingga berita ini ditulis, masih belum ada konfirmasi apakah Duterte menerima undangan dari pemerintah Kuwait tersebut.