TEMPO.CO, Khobar -- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bersiap melelang aset milik konglomerat Maan al-Sanea dan perusahaannya, Saad Grup, yang terjerat utang. Ini merupakan bagian dari upaya pemerintahan dibawah Raja Salman Bin Abdulaziz Al Saud untuk meminta pertanggung-jawaban dari elit di negara itu dalam kegiatan perekonomian.
"Para investor melihat penanganan kasus utang konglomerat ini sebagai ujian atas komitmen Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman melakukan reformasi," begitu dilansir Reuters, Senin, 26 Februari 2018. Pangeran Mohammed merupakan putra dari Raja Salman.
Baca: Usai Dilepas Otoritas Saudi, Konglomerat Al-Masri Bilang Ini
Kasus Al-Sanea ini terpisah dari kasus yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi Saudi sejak November 2017. Saat itu, KPK Saudi menangkap sekitar 200 orang yang diduga terlibat korupsi baik dari kalangan pejabat, mantan pejabat, pangeran dan konglomerat.
Al-Sanea merupakan satu dari pengusaha dunia yang masuk dalam daftar 100 orang terkaya dunia versi majalah Forbes pada 2007. Menjelang akhir tahun lalu, otoritas Arab Saudi menahannya karena belum membayar utang yang dia buat sejak 2009 lewat perusahaan konglomerasi Saad Grup. Perusahaan ini kemudian dinyatakan bangkrut karena tidak bisa membayar utang.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mengamati sebuah senjata setelah melakukan tarian pedang tradisional Ardha dalam festival Budaya Janadriyah di Riyadh, Arab Saudi, 20 Februari 2018. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS
Baca: Alwaleed: Pejabat Saudi Korupsi, Dukung Anti-Korupsi
Para kreditor berusaha meminta pertanggung-jawaban Saad, yang berbasis di Kota Khobar di sebelah timur Saudi. Total jumlah utangnya sekitar 100 miliar riyal atau sekitar Rp364 triliiun.
Pemerintah Saudi telah menunjuk Etqaan Alliance, sebuah konsorsium, untuk melikuidasi aset milik Al-Sanea dan Saad Grup untuk membayar utang kepada para kreditor. "Penjualan aset dimulai dengan aset di Saudi dan berlangsung pada beberapa pekan lagi," kata dia.
Seorang pejabat Saudi setempat menjelaskan kepada Reuters bahwa semua penjualan aset ini diharapkan rampung sebelum Mei 2018, yang bertepatan dengan dimulainya puasa Ramadan.