TEMPO.CO, PyeongChang -- Media barat menyebut langkah diplomatik Korea Utara dengan memanfaatkan ajang Olimpiade Musim Dingin PyeongChang, Korea Selatan, untuk menebar pesona membuahkan hasil.
Media Reuters, misalnya, menyebut Korea Utara sebagai favorit untuk menyabet medali emas untuk diplomasi. Reuters mengutip pernyataan dari bekas menteri Korea Selatan dan ahli politik, yang menyebut Korea Utara menggunakan olimpiade sebagai alat pemisah antara Korea Selatan dengan sekutu Amerika Serikat.
Wakil Presiden AS Mike Pence tampak duduk di belakang adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong dan Kim Yong Nam, pemimpin delegasi Korea Utara di Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan.
Baca: Kim Jong Un Undang Presiden Korea Selatan Ke Korea Utara
Media New York Times, misalnya, menyebut peran saudara perempuan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, yaitu Kim Yo Jong, seperti peran Ivanka Trump dan menggunakan istilah Ivanka dari Korea Utara.
Baca: 4 Fakta Seru Korea Utara Tundukkan Dunia via Arena Olimpiade
Ini untuk menekankan pengaruh besar Kim Yo Jong terhadap Kim Jong Un seperti Ivanka Trump terhadap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Korea Utara juga dinilai mencoba menggunakan ajang olimpiade ini untuk menggalang dukungan bagi pengurangan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang telah melemahkan perekonomian negara itu secara drastis.
Kontingen atlet Korea Utara dan Korea Selatan bersatu dalam satu barisan saat upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, Korea Selatan, 9 Februari 2018. AP
"Korea Utara tampaknya memenangkan medali emas," kata Kim Sung-han, yang pernah menjabat wakil menteri luar negeri Korea Selatan pada 2012--2013. Sekarang Kim Sung mengajar di Universitas Korea di Seoul.
"Delegasi dan atletnya mendapatkan publisitas. Dan saudara perempuan Kim Jong Un menunjukkan senyum elegan di depan publik Korea dan dunia. Bahkan sejenak, negara itu terkesan normal," kata Kim Sung.
Mengenai diplomasi senyum ini, media New York Times menyebut senyum ala patung sphinx dari Kim Yo Jong berhasil menyalip sorotan terhadap delegasi Wakil Presiden AS, Mike Pence, yang dikirim Trump ke olimpiade ini, dalam konteks diplomasi membangun citra publik.
"Pence datang dengan pesan lama bahwa AS akan melanjutkan sanksi maksimum terhadap Korea Utara hingga negara itu melucuti sistem persenjataan nuklirnya," tulis media New York Times. "Sedangkan Kim Yo Jong mengirimkan pesan rekonsiliasi dan undangan pertemuan tingkat tinggi dari abangnya ke Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, untuk mengunjungi Korea Utara."
Media New York Times juga mengkritik ketida- hadiran Pence dalam acara makan lama yang digelar Moon sebelum pembukaan olimpiade. Pence juga dikritik karena bersikap duduk saat tim gabungan Olimpiade Korea, yang mendapat tepuk tangan berdiri dari penonton pada saat pembukaan Olimpiade PyeongChang pada Jumat malam.
"Pence tampaknya jatuh ke dalam permainan Korea Utara dengan bersikap aktif mencoba meremehkan upaya membangun hubungan dua Korea," kata Mintaro Oba, bekas diplomat di Kementerian Luar Negeri AS untuk bidang Korea.
Menurut Profesor bidang sejarah dari Universitas Connecticut, Alexis Dudden, Pence kehilangan kesempatan dengan sikapnya itu. "Saya kira akan lebih membantu untuk pembicaraan denuklirisasi bagi Pence dengan menunjukkan apresiasi upaya menyatukan dua Korea di stadion kemarin," kata Dudden.
Dudden menambahkan,"Fakta bahwa Pence dan istrinya tidak berdiri saat tim olimpiade gabungan Korea berparade di stadium menunjukkan sikap yang rendah dari jenis diplomasi bullying Amerika."
Dalam pernyataan di pesawat Air Force One pada Sabtu malam seusai dari PyeongChang menuju Alaska, Pence dikabarkan mengatakan dia tidak mencoba menghindari delegasi Korea Utara ataupun mengabaikannya. "Saya kira bagi kalangan gari keras di Amerika, Pence melakukan tugas yang bagus," kata David C. Kang, direktur Institut Studi Korea di University.