TEMPO.CO, Jakarta - Peraih Nobel Perdamaian asal Yaman, Tawakkol Karman, meminta agar pendudukan militer negaranya oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) segera diakhiri.
Penggiat hak asasi manusia dari Partai Islah Yaman yang meraih Nobel Perdamaian pada 2011 ini berjasa atas tumbangnya Presiden Ali Abdullah Saleh setelah dia berkemah selama berbulan-bulan menuntut demokrasi di negaranya.
Baca: Arab Saudi Buka Blokade, 5.500 Ton Pangan Tiba di Yaman
Konvoi para pejuang setia Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi saat menuju markas militer al-Anad dan landasan udara di provinis Lahej, 3 Agustus 2015. Pasukan setia Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi, berhasil merebut pangkalan udara dari pasukan Houthi. REUTERS/Stringer
Arab Saudi memimpin pasukan koalisi bersama militer Yaman perang melawan Houthi setelah kelompok bersenjata itu menguasai sebagian besar wilayah Yaman pada 2014 dan memaksa pemimpin negeri itu hidup di pengasingan Arab Saudi.
"Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah menduduki Yaman. Mereka mengeksploitasi milisi Houthi dukungan Iran atas pemerintahan yang sah untuk melakukan pendudukan dan memperluas pengaruh," ucapnya kepada Reuters.Seorang wanita mengangkat peluncur granat roket saat mengikuti aksi dukungan terhadap kelompok Houthi yang berjuang melawan pasukan pemerintah Yaman, di Sanaa, Yaman, 13 Januari 2017. REUTERS/Khaled Abdullah
Dia menduga Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi bersama dengan para pejabat tinggi Yaman lainnya menjalani tahanan rumah di Riyadh dan dicegah untuk memerintah di negaranya atas tekanan Arab Saudi dan Uni Emirat.
Baca: Berbalik Dukung Saudi, Eks Presiden Yaman Tewas Ditembak Houthi
Belum ada tanggapan dari Arab Sadi maupun Uni Emirat Arab. Demikian juga Yaman, pejabat negeri itu menolak berkomentar. "Wanita ini, sayangnya, tidak mengerti apa yang dia sampaikan. Presiden Hadi tidak berada dalam tahanan rumah. Beliau bebas pergi ke manapun dan siap memerintah bersama pasukan koalisi," kata pejabat Yaman lainnya yang tak bersedia disebutkan namanya.