TEMPO.CO, Jakarta -Eks Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, 75 tahun, tewas saat melarikan diri dari kampung halamannya di Sanhan menuju Sanaa, ibukota Yaman. Saleh dicegat dalam perjalanannya dengan mengendarai mobil di pos pemeriksaan di selatan Sanaa, ujar seorang komandan senior Houthi kepada CNN.
Kontak senjata tak terelakkan, Saleh dan beberapa penasehat seniornya tewas. Jasad Saleh kemudian dibawa ke Sanaa dan diserahkan ke partai yang dipimpinnya, Kongres Rakyat Umum.
Ratusan pendukung gerakan Houthi dan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh berkumpul saat memperingatai dua tahun intervensi militer koalisi Saudi di Sanaa, Yaman, 26 Maret 2017. Perang telah menewaskan sedikitnya 4.773 warga sipil dan melukai lebih dari 8.000. REUTERS/Khaled Abdullah
Saleh bernasib tragis. Ia tewas hanya dua hari setelah ia mengumumkan perang di Yaman berakhir. Perang selama tiga tahun antara milisi Houthi yang didukung Iran melawan pasukan pemerintah Yaman yang didukung pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi, mengutip Reuters.
Baca: Warga Yaman Cari Makanan di Tempat Sampah demi Bertahan Hidup
Saleh mengatakan, ia ingin membuka lembaran baru dengan membangun relasi baik dengan koalisi Saudi yang melancarkan serangan militer terhadap milisi Houthis di Yaman pada tahun 2015 lalu.
Saudi menyambut keinginan Saleh dan menjamin dukungan pada angkatan udara Saleh untuk mendukung pemberangusan pemberontak Houthi.
Baca: 3 Serangan Milisi Houthi yang Mengejutkan Arab Saudi
Namun, fatal bagi Saleh. Lembaran sejarah baru itu dijawab Houthi sebagai pengkhianatan. Salehpun meregang nyawa dalam kontak senjata di selatan kota Sanaa.
Rekaman foto video menunjukkan jasad Saleh yang berlumuran darah.
"Milisi pengkhianatan dihabisi dan pemimpin mereka telah dibunuh," ujar Houthi dalam pernyataannya mengenai kematian Saleh, pemimpin Yaman pendukung Houthi yang dilengserkan tahun 2012.