TEMPO.CO, Jakarta - Pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas sebuah kedakan keras di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu, 4 November 2017.
Mereka mengatakan, tembakan itu berasal dari sebuah misil balistik jarak jauh yang sanggup terbang dengn jarak 800 kilometer hingga ke wilayah Arab Saudi.
Baca: Serangan Arab Saudi di Yaman, 2 Murid Sekolah Tewas
Juru bicara pemberontak Yaman mengatakan kepada Al Jazeera, mereka meluncurkan sebuah misil Burkan 2-H, Scud tipe misil dengan jarak tempuh 800 kilometer, menuju Riyadh pada Sabtu, 4 November 2017.Seorang tentara pemerintah sedang mengisi ulang meriam, puluhan peluru meriam dipersiapkan untuk menggempur militan Houthi. Pemerintah Yaman dibantu dengan militer Arab Saudi, terus berusaha menekan posisi militan Houthi. Marib, Yaman, 29 September 2015. REUTERS/Stringer
"Ibu kota negara yang suka menguliti kita, membunuhi orang-orang tak berdosa, akan menjadi sasaran tembak misil kami," kata juru bicara.
Al Masirah, sebuah jaringan televisi milik pemberontah Houthi Yaman, juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut sebagaimana disampaikan melalui akun Twitter.
Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan asap mengepul ke udara dari kawasan dekat lapangan terbang internasional Raja Khalid Riyadh.
Sementara itu, kantor berita Arab Saudi SPA mengutip keterangan Kolonel Turki al-Maliki mengatakan, tembakan misil balistik tersebut ditembakkan dari wilayah Yaman menuju Kerajaan pada pukul 20.07 waktu setempat atau 17.07 GMT.
Maliki menjelaskan, pasukan Saudi menggunakan misil Patriot permukaan darat ke udara untuk menghancurkan misil tersebut hingga hancur berkeping-keping yang jatuh ke kawasan tidak berpenghuni di timur bandara.
"Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut," ujar Maliki kepada Al Jazeera.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera awal bulan ini, Mohammed Abdul Salam, juru bicara pemberontak Houthi Yaman, mengatakan, mereka mengancam akan meningkatkan eskalasi serangan di perbatasan Yaman-Saudi dan menargetkan wilayah kerajaan sebagai sasaran serangan.
"Arab Saudi memulai perang. Kami meresponnya dengan melanjutkan dan meningkatkan peperangan dengan sasaran wilayah di dalam negeri Saudi dan posisi militer tempat jet Saudi diterbangkan," kata Abdul Salam.Kondisi sebuah pasar yang hancur usai dilanda serangan udara di Saada, Yaman, 1 November 2017. REUTERS/Naif Rahma
Perang Yaman, negara paling miskin di kawasan Timur Tengah, dimulai pada 2014 setelah pemberontak Houthi menguasai Ibu Kota Sanaa dan menekan pemerintah ke arah selatan menuju kota terbesar di negeri itu, Aden.
Baca: Yaman, Negeri Termiskin di Dunia Arab
Arab Saudi dan sekutu Sunni sangat prihatin atas bangkitnya Houthi Yaman yang diyakini didukung oleh rival mereka di Timur Tengah, Iran. Oleh karena itu Saudi Cs melakukan intervensi dengan serangan udara besar-besaran untuk mengembalikan kepemimpinan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Sejak itu, lebih dari 10 ribu orang warga Yaman tewas dan sedikitnya 40 ribu lainnya luka-luka. Hampir semuanya akibat gempuran udara Saudi dan sekutunya.
AL JAZEERA