TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi mulai mengejar para pengemplang utang negara yang diperkirakan senilai US$ 22 miliar atau sekitar Rp 295 triliun.
Menurut sumber yang tak bersedia disebutkan namanya kepada kantor berita Reuters, langkah tersebut sengaja ditempuh Putra Mahkota Mohammed bin Salman guna mengumpulkan duit negara yang berada di kantong para taipan.
Baca: Ini 2 Sosok Utama Pemburu Koruptor Arab Saudi
Suasana restoran di Saad Specialist Hospital di Khobar, Arab Saudi, 23 Desember 2008. Michael Harris/Handout via REUTERS
"Langkah ini sekaligus sebagai ujian Mohammed bin Salman dalam menjalankan reformasi di Kerajaan Arab Saudi," kata sumber yang paham masalah ini.
Di antara yang terjerat utang negara adalah kelompok bisnis Saad Group dan Ahmad Hamad al-Gosaibi & Bros Co (AHAB). Dua raksasa bisnis di Arab Saudi itu collapse pada 2009.
Sumber itu menjelaskan, dua taipan tersebut masih bersaudara dan membangun kerajaan bisnis. Ketika perusahaannya pindah dari Swiss ke Kepulauan Cayman, keduanya bersengketa mengenai utang-piutang. "Siapa yang harus bertanggung jawab," ujar si sumber.Suasana koridor di Saad Specialist Hospital, Khobar, Arab Saudi, 6 Desember 2008. Michael Harris/Handout via REUTERS
Selain ke negara, AHAB dan Saad Group memiliki utang kepada lebih dari seratus bank internasional, termasuk HSBC, BNP Paribas, dan Citigroup. Saad Group juga punya utang kepada kontraktor Jerman, Siemens AG, dan ribuan karyawan.
Baca: Citigroup Puji Arab Saudi Soal Penahanan Alwaleed
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Kerajaan Arab Saudi menahan pemilik Saad Group, Maan al-Sanea. "Keluarga Al-Sanea mencoba menyelesaikan utang-piutang ini," tulis Reuters.