TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi oposisi Mesir akan melakukan boikot massal pemilihan umum menyusul penahanan terhadap para kandidat atau intimidasi terhadap mereka.
Dalam sebuah pernyataan bersama, sebanyak delapan partai oposisi di Mesir dan 150 tokoh prodemokrasi meminta warga untuk tidak mencoblos pada pemilihan umum Maret 2018. Menurut mereka, Presiden Abdel Fattah el Sisi berkompetisi dengan cara yang tidak sehat.
Baca: Pemilu Mesir, Ikhwanul Muslimin Tetap Unggul
Anggota Tentara Mesir berjaga di luar sebuah sekolah yang dijadikan tempat pemungutan suara saat pemilu putaran kedua di Heliopolis, Kairo, Mesir, 22 November 2015. Warga Mesir melaksanakan pemilu putaran kedua untuk mengembalikan parlemen yang selama tiga tahun mengalami kekosongan. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
"Tidak benar kami dianggap menyerah pada pemilihan umum gila ini," kata Abdel-Geleel Mustafa, tokoh veteran oposisi, dalam jumpa pers di Kairo, Mesir, Rabu, 31 Januari 2018, seperti dikutip Al Jazeera.
Hamdeen Sabahi, pesaing Sisi pada pemilihan presiden 2014, juga mendesak konstituennya untuk memboikot pemilu. Dia mengeluarkan slogan "Tetap Tinggal di Rumah." Pada acara jumpa pers tersebut, dia mendesak seluruh partai untuk bersatu melawan apa yang disebut dengan "tirani kebrutalan kekuasaan."Seorang Polisi berjaga di depan antrean pemilih saat pemilu putaran kedua di luar sebuah sekolah di Heliopolis, Kairo, Mesir, 22 November 2015. Warga Mesir melaksanakan pemilu putaran kedua untuk mengembalikan parlemen yang selama tiga tahun mengalami kekosongan. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Sisi, seorang mantan jenderal yang meraih kekuasaan pada 2013 dengan cara kudeta terhadap pemenang pemiliu demokratis Mohammed Morsi, diperkirakan memenangkan pemilihan presiden Maret 2018 dengan mudah.
Baca: Ikhwanul Muslimin Menangi Pemilu Mesir
Beberapa calon potensial pada pemilihan presiden Mesir telah ditahan atau setidaknya dihadapkan pada ancaman, intimidasi termasuk kekerasan fisik, hingga memaksa mereka mengundurkan diri.