TEMPO.CO, Washngton - Buku mengenai Presiden Donald Trump, "Fire and Fury: Inside the Trump White House", mencatat penjualan rekor bagi penerbitnya. Buku ini juga tercatat sebagai buku dengan penjualan terbaik pada USA TODAY Best-Selling Books List.
Presiden dan penerbit Henry Holt, Stephen Rubin, mengatakan mencatat penjualan rekor bersejarah karena kuatnya permintaan konsumen, baik untuk format hardcover, e-book dan audiobook.
Baca: Sebut Obama, Trump Batalkan Kunjungan ke Inggris, Kenapa?
Buku yang menceritakan kegiatan Trump secara blak-blakan ini mendapat liputan luas dari berbagai media massa dengan pro dan kontra. Trump juga menyebut buku itu sebagai produk penuh kebohongan dan tidak akurat. Pengacara Trump mengirim somasi ke penerbit untuk mencoba menghentikan penjualan buku itu namun gagal.
Baca: Rasis, Trump Sebut Haiti dan Afrika Negara Lubang Kotoran
"Kami telah mengapalkan sekitar 700 ribu eksemplar untuk hardcover sejauh ini dan bakal mencetak 700 ribu lagi untuk memenuhi permintaan," kata Rubin dari penerbit Henry Holt.
Waktu penerbitan buku ini memang dimajukan menjadi 5 Januari dari 9 Januari menyusul munculnya artikel yang mengutip isi buku itu oleh Guardian, dan beberapa media lainnya. Artikel ini mendapat tanggapan keras dari Gedung Putih dan Trump.
Menurut media USA Today, buku ini menclok sebagai buku dengan penjualan tertinggi hanya dalam waktu tiga hari dalam daftar buku laris USA TODAY.
"Magnitude permintaan untuk buku Fire and Fury tidak pernah terjadi sebelumnya dan yang kami rasa bisa kami lakukan adalah keluar dari jadwal rencana penerbitan sebelumnya dan langsung menerbitkan secepatnya agar sampai kepada pembaca," kata Don Weisberg, Presiden Macmillan Publishers, yang merupakan induk perusahaan Henry Holt. "Kami akan menambah stok baru dalam beberapa hari ke depan."
Efek dari munculnya buku ini, misalnya, bekas Kepala Strategi Gedung Putih, Steve Bannon, dikecam oleh Trump sebagai penghianat dan diberhentikan dari Breitbart News, sebuah penerbitan kalangan konservatif pendukung Trump.
Trump mengatakan dia tidak ingat pernah berbicara dengan Wolf untuk buku itu dan tidak pernah memberinya akses ke dalam Gedung Putih. Buku ini menggambarkan Trump yang penuh konflik, abai dengan hal-hal penting, dan tidak mampu mengelola Gedung Putih.
Dalam wawancara dengan BBC Radio beberapa waktu lalu, seperti dikutip Reuters Wolff mengaku dia memprediksi Trump bakal jatuh karena buku ini. Dia beralasan para pembaca bakal setuju dengan gambaran yang disajikan dalam buku itu bahwa Trump tidak mampu menjadi seorang Presiden.
USA TODAY | GUARDIAN | REUTERS