TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih berat mempertimbangkan pemindahan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. Hal itu disampaikan penasihat senior Gedung Putih, Jared Kushner, kepada media seperti dikutip Al Jazeera, Senin, 4 Desember 2017.
Menurut Kushner yang juga menantu Trump, presiden masih melihat banyak perbedaan fakta di lapangan.
Baca: Trump Janjikan Yerusalem Jadi Ibukota Israel
Penasihat senior dan menantu Donald Trump, Jared Kushner dan Sekretaris Negara AS Rex Tillerson berdoa di Tembok Ratapan, Yerusalem, Israel, 22 Mei 2017. AP Photo/Evan Vucci
"Ketika beliau membuat keputusan, beliau orang pertama yang akan memberi tahu Anda," ucap Kushner usai menjadi pembicara kunci di acara tahunan Saban Forum di Washington, Ahad, 3 Desember 2017.
Pernyataan Kushner tersebut disampaikan hanya beberapa hari setelah Trump diharapkan mengumumkan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Trump pada beberapa kali kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat pernah berjanji akan memindahkah kedutaan besar dari Tel Aviv ke Yerusalem. Namun sejauh ini janji tersebut belum terlaksana.Presiden AS Donald Trump mendengar penjelasan dari Rabbi Shmuel Rabinowitz saat mengunjungi Tembok Ratapan di Yerusalem, Israel, 22 Mei 2017. REUTERS/Jonathan Ernst
Banyak kalangan merasa bahwa pemindahan kedutaan besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem akan menuai ketegangan di Timur Tengah dan membuat marah pemimpin Palestina.
Baca: Donald Trump Tunda Pemindahan Kedutaan AS ke Yerusalem
Israel mendeklarasikan Yerusalem menjadi bagian yang tak terpisahkan dan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kotanya pada 1980. Namun klaim Israel tersebut tidak diakui oleh komunitas internasional, meskipun Amerika Serikat mempertimbangkannya. Adapun Palestina menginginkan daerah pendudukan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depannya.