TEMPO.CO, Washington—Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan Presiden Donald Trump masih mempertimbangkan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Menurut Tillerson, Trump khawatir akan dampak pemindahan ini terhadap proses perdamaian Timur Tengah.
Baca: Alasan Penting Dunia Protes Kedutaan AS Pindah ke Yerusalem
“Saya rasa itu akan diinformasikan kembali oleh para pihak yang terlibat dalam perundingan itu dan yang jelas… apakah Israel menganggapnya sebagai langkah yang membantu inisiatif perdamaian atau justru mengusiknya,” kata Tillerson kepada stasiun televisi NBC, Ahad 14 Mei 2017.
Israel menganeksasi Yerusalem pada 1967 dan menganggap seluruh kota itu sebagai ibukotanya. Negara itu sejak lama telah mendesak masyarakat internasional untuk memindahkan kedutaan-kedutaannya kesana.
Palestina menghendaki Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya di masa depan. Atas alasan tersebut, sekutu-sekutu Israel, termasuk Amerika Serikat hingga pemerintahan Barack Obama menolak memindahkan kedutaan ke Yerusalem untuk menghindari eskalasi ketegangan Palestina-Israel.
Namun Perdana Menteri Israeli Benjamin Netanyahu langsung bereaksi.“Memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem tidak akan mengganggu proses perdamaian. Justru sebaliknya,” katanya dalam pernyataan.
Baca: Amerika Serikat Bersiap Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem
“Pemindahan itu akan memajukan (proses perdamaian) dengan membetulkan sejarah yang salah dan dengan menghancurkan fantasi Palestina yang menganggap Yerusalem bukan ibu kota Israel."
Trump akan bertemu dengan para pemimpin Israel dan Palestina sebagai bagian dari lawatan luar negeri pertamanya sebagai presiden pekan ini.
Donald Trump berjanji untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem sebagai salah satu janji kampanyenya untuk menarik simpati kubu pro-Israel dan pengusaha Yahudi Amerika Serikat. Dia belum melakukan langkah nyata apapun untuk mewujudkan janji itu.
VOA | BUSINESS STANDARD | SITA PLANASARI AQUADINI