TEMPO.CO, Washington -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyerang Hillary Clinton lewat akun Twitter dengan menyebutnya pecundang terburuk dan terbesar dalam sejarah. Clinton, yang berasal dari Partai Demokrat, merupakan pesaing Trump pada pemilu presiden AS 2016.
"Dia benar-benar tidak bisa berhenti. Ini benar-benar bagus bagi Partai Republik," begitu cuit Trump lewat akun pribadinya @realdonaldtrump, Sabtu, 18 Nopember 2017.
Baca: Politikus Demokrat AS Ajukan Dokumen Pemakzulan Trump
Menurut media CNBC, Trump menghina Hillary karena wawancara Clinton di dua media, yang menyebut Trump telah mempermalukan jabatan Presiden.
Dalam wawancara yang digelar pada Jumat, 17 Nopember 2017, Clinton membahas soal tudingan pelecehan seksual kepada kandidat senator dari Partai Republik, Roy Moore, dan senator dari Partai Republik, Al Franken.
Baca: Donald Trump Dukung Korea Selatan Kembangkan Rudal Besar
"Saya tidak paham bagaimana dia (Trump) bisa lolos dari begitu banyak perilaku menyerang dan menghina dan perilaku tertentu lainnya, yang membuatnya memenangkan kursi Presiden," kata Clinton seperti dikutip CNBC.
Selama ini, Trump selalu membantah semua tudingan yang dilakukan sejumlah perempuan yang mengaku sebagai korban pelecehan seksual Trump kepada media New York Times sebelum pemilihan Presiden 2016. Saat itu juga beredar rekaman video "Access Hollywood 2005".
Dalam debat Presiden kedua, Trump mengakui pernah berkoar soal mencium sejumlah perempuan dan meraba mereka seperti terekam dalam video itu. Tapi, dia mengaku tidak pernah melakukannya.
Dalam wawancara dengan radio WABC, Hillary mengatakan kasus Franken berbeda dari More karena senator asal Minnesota itu meminta maaf dan bersedia menjalani investigasi etika.
"Saya tidak dengar itu dari Roy Moore atau Donald Trump," kata Hillary. "Lihat kontrasnya antara Al Franken yang bertanggung jawab, meminta maaf dengan Roy Moore dan Donald Trump, yang tidak melakukannya."
Hillary juga mengatakan bahwa Trump sudah mempermalukan jabatan Presiden. "Saya awalnya tidak menyangka dia akan menjadi begitu buruk seperti saat ini."
Hillary, yang sedang mempromosikan buku barunya yang berjudul 'What Happened', juga menyerang rencana Reformasi Pajak Partai Republik, yang digagas Trump.
"Itu kebijakan buruk yang kejam terhadap warga kelas pekerja AS," kata Hillary. Dia memprediksi sejumlah anggota Kongres Partai Republik yang mendukung rencana itu akan kehilangan kursi jabatannya pada pemilu 2008. Trump kerap berkampanye untuk kandidat dari Partai Republik.
CNBC