TEMPO.CO, Jakarta - Pada November 2024, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan mantan Presiden AS Donald Trump takan saling berebut kekuasaan dalam pemilihan presiden. Keduanya bertarung di usia yang tak lagi muda, Biden berusia 81 tahun dan Trump berumur 78 tahun.
Hasil pemilihan pendahuluan di beberapa negara bagian, Joe Biden berhasil mengumpulkan suara yang cukup untuk meraih status resmi sebagai calon presiden dari Partai Demokrat. Sementara, Donald Trump juga berhasil meraih suara yang cukup untuk menjadi kandidat dari Partai Republik.
Biden mencapai jumlah delegasi yang diperlukan pada 12 Maret 2024, ketika hasil perhitungan suara dari Georgia diumumkan, sementara Trump meraih suara yang memenuhi syarat beberapa jam setelahnya.
Biden menegaskan pentingnya bagi para pemilih untuk mempengaruhi arah masa depan negara, sementara Trump kembali menyoroti dugaan kecurangan dalam pemilihan 2020 dan masalah imigrasi di perbatasan selatan Amerika Serikat.
"Para pemilih kini memiliki kesempatan untuk mempengaruhi arah masa depan negara kita. Apakah kita akan bersikap tegas dalam mempertahankan demokrasi atau membiarkan pihak lain menggoyangnya? Apakah kita akan mengembalikan hak kita untuk memilih dan menjaga kebebasan, atau membiarkan ekstremis merebutnya dari kita?" kata Biden.
Dipilih dengan sistem electoral college
Selain pertarungan antara Biden dan Trump, sistem pemilihan presiden Amerika Serikat, terutama Electoral College, juga menjadi sorotan. Electoral College adalah sistem di mana setiap negara bagian memiliki sejumlah suara elektoral yang digunakan untuk memilih presiden dan wakil presiden.
Proses pemilihan presiden AS dimulai dengan pemilihan umum di setiap negara bagian pada November, diikuti dengan perhitungan suara elektoral dan pertemuan Electoral College pada Desember. Kongres kemudian menghitung suara elektoral dan mengumumkan hasilnya pada bulan Januari, dan presiden terpilih diambil sumpahnya pada 20 Januari tahun berikutnya.
Saling sindir dan ejek
Pada 16 Maret 2024, Presiden AS Joe Biden menyindir mantan Presiden Donald Trump dalam acara makan malam tahunan bersama media di Gedung Putih.
Biden menggambarkan Trump sebagai seseorang dengan usia yang terlalu lanjut dan kondisi mental yang tidak prima untuk menjabat sebagai presiden. Biden juga mengolok-olok Trump terkait insiden di mana Trump bertanya apakah disinfektan bisa disuntikkan ke tubuh manusia untuk menyembuhkan Covid-19.
"Seorang calon memiliki usia yang terlalu lanjut dan kondisi mental yang tidak prima untuk menjabat sebagai presiden," kata Biden di Gridiron Club, Washington, AS, mengutip AP News.
Selama acara tersebut, Biden juga mengomentari ancaman terhadap demokrasi di seluruh dunia dan mengejek Presiden Rusia, Vladimir Putin. Biden juga mencatat klaim palsu Trump tentang kemenangan dalam Pemilu 2020 dan serangan Capitol pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Trump.
Biden juga memberikan dukungan kepada jurnalis yang sering diserang oleh Trump, menyatakan bahwa mereka adalah pilar masyarakat bebas.
Trump klaim kemenangannya sangat penting
Sementara itu, Donald Trump menyampaikan keyakinannya bahwa kekalahannya dalam pemilihan presiden bulan November bisa menandakan akhir dari demokrasi di Amerika Serikat. Trump mengulangi klaimnya tentang kecurangan dalam Pemilu 2020 dan memprediksi bahwa kekalahan dalam pemilu mendatang bisa berarti akhir dari pemilihan di negara tersebut.
Mengutip New York Times, sebagai kandidat presiden dari Partai Republik, Trump menyampaikan pandangannya ini kepada pendukungnya di Ohio. Dia menegaskan klaim tersebut setelah kembali mengulangi dakwaannya yang tidak didukung fakta bahwa kekalahan dalam Pemilu 2020 dari Biden disebabkan oleh kecurangan.
"Mungkin tidak akan ada pemilihan lagi di negara ini, jika kita tidak menang kali ini," ujar Trump.
Trump juga memuji para pendukungnya yang ditahan karena terlibat dalam kerusuhan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, menyebut mereka sebagai 'patriot' dan 'sandera'. Trump semakin sering menggunakan retorika distopia dalam pidato-pidatonya.
Pemilihan Presiden AS 2024 menjadi sorotan tidak hanya karena pertarungan antara Biden dan Trump, tetapi juga karena sistem unik pemilihan presidennya.
MICHELLE GABRIELA | EIBEN HAEZAR
Pilihan Editor: Tanding Ulang Joe Biden Vs Donald Trump, Begini Sistem Pemilu Preisden di Amerika Serikat