TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Catalonia Spanyol, Carles Puigdemont, membantah kepergiannya ke Brussels, Belgia, untuk mencari suaka.
Dalam acara jumpa pers di Brussels, Selasa, 31 Oktober 2017, Puigdemont mengatakan kepada para wartawan yang hadir bahwa kedatangannya ke Belgia bukan untuk mencari perlindungan atau suaka.
Baca: Krisis Catalonia Merdeka, Akhirnya Puigdemont Terima Pemilu Dini
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy (tengah), disambut setelah pidato di Senat di Madrid, Spanyol, 27 Oktober 2017. Ia mengajukan banding ke Senat negara tersebut untuk memberikan wewenang khusus untuk membubarkan pemerintah daerah Catalonia. Paul White/AP
Pada pertemuan dengan jurnalis tersebut, Puigdemont menjelaskan dia bersama partainya akan ikut dalam pemilihan umum untuk Catalonia 21 Desember 2017 yang digelar oleh pemerintah pusat di Madrid.
"Saya menghormati hasil pemilihan umum yang akan digelar, namun mendesak otoritas Spanyol melakukan hal yang sama," ujarnya.
Presiden Catalonia yang dipecat pemerintah pusat Spanyol itu tiba di Brussels, Belgia, di tengah spekulasi bahwa dia dan para menterinya akan mencari suaka politik. Namun berita tersebut dibantah.
"Pada Jumat pekan lalu, setelah deklarasi kemerdekaan, saya berasumsi bahwa dialog dengan pemerintah pusat tidak mungkin terjadi," ujarnya.Orang-orang melambaikan bendera estelada di Barcelona, Spanyol, 27 Oktober 2017. Parlemen daerah Catalonia mengeluarkan sebuah mosi untuk mendirikan sebuah Republik Catalan yang independen. AP
Sehari kemudian, Sabtu pekan lalu, pemerintah pusat Spanyol menyatakan menolak kepemimpinan regional Catalonia setelah anggota parlemen menyetujui penerapan Pasal 155 Konstitusi yang mengizinkan Madrid mengontrol Catalonia.
Baca: Portugal Tidak Mengakui Kemerdekaan Catalonia
Spanyol diguncang krisis politik setelah parlemen Catalonia menyatakan merdeka menyusul hasil referendum 1 Oktober 2017. Beberapa negara sempat memberikan pengakuan kemerdekaan tersebut, di antaranya Yunani. Adapun yang menolak selain Indonesia juga Portugal.
AL JAZEERA