TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku penembakan massal di Las Vegas, Amerika Serikat, Stephen Paddock, 64, diduga berencana kabur seusai aksinya. Namun, Stephen Paddock, nama pelaku itu, mengubah rencananya dan meninggalkan sepucuk surat sebelum menembak dirinya.
“Dia berusaha melakukan apapun yang bisa dilakukan agar bisa kabur seusai melakukan aksinya,” kata Sheriff Joseph Lombardo dari Kepolisian Metropolitan Las Vegas. Lombardo tidak menceritakan isi pesan yang ditulis Paddock.
Baca: Pacar Tidak Tahu Motif Penembakan di Las Vegas Amerika Serikat
Lombardo bercerita Paddock memasang sejumlah kamera di dalam dan luar kamar hotelnya, termasuk di lubang intip di pintu hotelnya.
Paddock menembaki sekitar 22 ribu peserta musik country, yang digelar di depan Hotel Mandala Bay Resort and Casino. Dia melakukan ini dari kamarnya di lantai 32 di hotel itu. Tindakan brutalnya ini mengakibatkan 58 orang meninggal, sekitar 20 orang dalam keadaan kritis dan 500 orang luka-luka.
Baca: Siapa Stephen Paddock Pelaku Penembakan Las Vegas
Paddock melakukan ini dengan menggunakan senapan otomatis modifikasi. Polisi menemukan 33 pucuk senjata, 25 kilogram bahan peledak di kamar hotel tempatnya menginap dan 1600 amunisi di mobilnya, yang diparkir di tempat parkir hotel.
Paddock merupakan seorang akuntan sukses yang pensiun dengan kekayaan memadai. Dia dikenal gemar berjudi dan mengkoleksi senjata api dari berbagai jenis. Polisi menemukan sejumlah senjata yang telah diubah dari kemampuan semiotomatis ke otomatis.
“Yang kami ketahui saat ini adalah Paddock seorang lelaki dengan kehidupan rahasia dan mengumpulkan senjatan serta amunisi selama puluhan tahun,” kata Lombardo. “Kami belum tahu apa pemicu tindakannya ini.”
Selama Oktober tahun lalu hingga September tahun ini, Paddock diketahui membeli 33 senjata api baru. “Apakah dia melakukan ini semuanya sendirian? Anda harus menduga dia pasti mendapat bantuan dalam proses persiapannya,” kata Lombardo.
Menurut CNN, Paddock membawa perlengkapan modifikasi senapan bernama bump-fire stock, yang bisa mengubah senjata dari semiotomatis menjadi otomatis. Kemampuan otomatis senapan ini membuat jumlah korban penembakan bertambah banyak.
Dari data yang masuk, CNN melanjutkan, durasi penembakan berlangsung selama sekitar sebelas menit dari sekitar pukul sepuluh malam pada Ahad, 1 Oktober 2017.
CNN