TEMPO.CO, Jakarta - Marilou Danley pacar pelaku serangan mematikan Stephen Paddock, mengaku tidak tahu apa-apa tentang motif penembakan pada Ahad 1 Oktober 2017 di Las Vegas, Amerika Serikat, yang menewaskan 58 orang dan melukai 500 korban lainnya.
Keterangan itu disampaikan Danley pada Rabu, 4 Oktober 2017, setelah dia kembali ke Amerika Serikat dijemput oleh agen FBI di tanah kelahirannya di Fipilina selama kurang lebih dua minggu.
Baca: Pacar Tersangka Teror Las Vegas Ungkap Hal Ini
Usai mendapatkan sejumlah pertayaan oleh FBI, perempuan berusia 62 tahun itu mengatakan bahwa dia sangat mencintai pacarnya, Paddock, dan mengenalnya sebagai orang yang baik hati, penuh perhatian dan pendiam.
"Dia tidak pernah mengatakan sesuatu kepadaku atau akan melakukan aksi. Saya menyadari bahwa akan terjadi sesuatu yang mengerikan," ucapnya.
Dia mengatakan, sebelumnya, Paddock menyarankan dia melakukan perjalanan ke Filipina setelah Paddock mendapatkan tiket pesawat murah untuk dirinya.
Danley berkata, bahwa dia sangat senang ketika Paddock mengirimkan sejumlah uang untuk membeli sebuah rumah di Filipina buat keluarganya. Tetapi dia takut bahwa itu sebagai cara untuk putus hubungannya dengannya.
"Tidak pernah terpikir olehku mengenai rencana melakukan kekerasan terhadap siapapun," ujar Danley dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh pengacaranya, Matthew Lombard, di luar markas FBI di Las Vegas.
Baca: 5 Motif Tersangka Teror Las Vegas, Terburuk dalam Sejarah Amerika
Danley mengaku sangat terpukul dengan serangan terhadap para penonton konser musik -terburuk dalam sejarah Amerika. Dia berdoa untuk seluruh korban.
"Saya seorang ibu dan juga nenek. Doa saya untuk seluruh orang yang kehilangan orang-orang tercinta," ucapnya.
Danley mengatakan, dia kembali ke Amerika Serikat dengan suka rela dan akan bekerjasama sepenuhnya dengan tim penyelidik kasus ini. Menurut polisi, Danley menjadi kunci utama untuk mengetahui motif Paddock melakukan aksinya.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN