Mengenal AUKUS, Pakta Trisula untuk Memperkuat Militer Australia di Indo-Pasifik

Reporter

Tempo.co

Jumat, 17 September 2021 10:30 WIB

Perdana Menteri Australia Scott Morrison tiba di bandara Haneda di Tokyo, Jepang, 17 November 2020. [REUTERS/Issei Kato]

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Rabu, 15 September 2021, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengungkapkan pakta pertahanan baru yang akan membantu Australia memperoleh teknologi kapal selam bertenaga nuklir dan kerja sama militer lainnya yang disebut AUKUS.

Pakta AUKUS adalah perjanjian keamanan trilateral antara Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, yang dilihat sebagai upaya baru meredam pengaruh militer China di kawasan Indo-Pasifik, meski ketiga negara itu tidak menyinggung China dalam pakta mereka.

Ada kekhawatiran yang berkembang pakta AUKUS bisa menimbulkan konflik baru di kawasan Asia-Pasifik, dan bahkan menimbulkan risiko perang nuklir. Apa sebenarnya isi pakta AUKUS?

TRISULA DALAM AUKUS

Kemitraan baru antara AS, Inggris dan Australia, tiga negara demokrasi maritim berbahasa Inggris, tidak secara khusus tentang China, kata para pejabat kepada CNN. Sebaliknya, mereka mengatakan ketiga negara akan mengadakan jadwal pertemuan selama beberapa bulan mendatang untuk mengoordinasikan masalah dunia maya, teknologi canggih, dan pertahanan dalam upaya untuk lebih memenuhi tantangan keamanan modern. Kemitraan baru ini disebut AUKUS.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan AUKUS akan menjadi "kemitraan di mana teknologi kami, ilmuwan kami, industri kami, kekuatan pertahanan kami semua bekerja sama untuk memberikan kawasan yang lebih aman dan lebih aman yang pada akhirnya menguntungkan semua".

Advertising
Advertising

Inisiatif besar pertama AUKUS, kata Morrison, adalah mengirimkan armada kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia. "Selama 18 bulan ke depan, kami akan bekerja sama untuk mencari cara terbaik untuk mencapai ini. Ini akan mencakup pemeriksaan intensif tentang apa yang perlu kita lakukan untuk menjalankan tanggung jawab penatagunaan nuklir kita di sini di Australia," katanya, seperti dikutip dari The Indian Express.

Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato tentang Inisiatif Keamanan Nasional secara virtual dengan Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, di dalam East Room di Gedung Putih di Washington, AS, 15 September 2021. [REUTERS/Tom Brenner]

Kapal selam bertenaga nuklir akan memberi Australia banyak bobot angkatan laut di Pasifik, di mana China sangat agresif. Sementara AS dan Inggris telah memiliki kemampuan selama beberapa dekade, Australia tidak pernah memilikinya.

AUKUS akan menjadikan Australia negara kedua setelah Inggris pada tahun 1958 yang diberi akses ke teknologi nuklir AS untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir, menurut Reuters.

Surat kabar Australia Sydney Morning Herald menyebut aliansi AUKUS akan mendorong AS membantu Australia mengembangkan kemampuan untuk membangun kapal selam nuklir secara lokal di Adelaide.

Bagaimanapun, ketiga pemimpin meyakinkan kapal selam itu akan dipersenjatai secara konvensional, bukan bersenjata nuklir, tetapi didukung oleh energi nuklir.

Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir di bawah kemitraan keamanan Indo-Pasifik dengan Amerika Serikat dan Inggris, Reuters melaporkan.

Pada Kamis, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pakta itu akan "menjaga keamanan dan stabilitas di seluruh dunia" dan menghasilkan "ratusan pekerjaan berketerampilan tinggi".

Aliansi AUKUS mungkin merupakan perjanjian keamanan paling signifikan antara ketiga negara sejak Perang Dunia Kedua, kata para analis kepada BBC.

Pakta tersebut akan fokus pada kemampuan militer, memisahkannya dari aliansi berbagi intelijen Five Eyes yang juga mencakup Selandia Baru dan Kanada.

Meski kapal selam adalah kartu AS dalam perjanjian itu, AUKUS juga akan melibatkan berbagi kemampuan dunia maya dan teknologi bawah laut lainnya.

Dalam konteks perjanjian AUKUS, kapal selam bertenaga nuklir akan memberikan kemampuan kepada Royal Australian Navy untuk masuk ke Laut China Selatan, di mana China semakin agresif, untuk melindungi asetnya dan melakukan patroli.

Apa yang membuat kapal selam nuklir begitu penting? Kapal selam bertenaga nuklir diklasifikasikan sebagai "SSN" di bawah sistem klasifikasi lambung Angkatan Laut AS, di mana 'SS' adalah simbol untuk kapal selam, dan 'N' adalah singkatan dari nuklir. Sebuah kapal selam bertenaga nuklir yang dapat meluncurkan rudal balistik disebut "SSBN".

Kapal selam bermesin diesel konvensional memiliki baterai yang menggerakan kapal selam di bawah air. Masa pakai baterai ini dapat berbeda, dari beberapa jam hingga beberapa hari. Memiliki kapal selam tenaga nuklir akan membuat keunggulan strategi tempur di atas kertas dan di dunia nyata.

AUKUS UNTUK MENANDINGI MILITER CHINA DI INDO-PASIFIK

<!--more-->

Bagaimanapun kerasnya tiga pemimpin meyakinkan dunia, pakta pertahanan AUKUS dianggap sebagai tandingan pengaruh militer China yang semakin tumbuh di kawasan Indo-Pasifik.

Ketika mengumumkan aliansi keamanan baru pada hari Rabu, para pemimpin Amerika Serikat, Australia dan Inggris tidak menyebut China, tetapi Washington dan sekutunya berusaha untuk melawan kekuatan dan pengaruhnya yang semakin besar, terutama pembangunan militernya, tekanan terhadap Taiwan dan penempatan di Laut Cina Selatan yang diperebutkan.

Kedutaan Besar China di AS mengatakan bahwa negara-negara tidak boleh membangun blok eksklusif yang menargetkan atau merugikan kepentingan pihak ketiga.

"Secara khusus, mereka harus melepaskan mentalitas Perang Dingin dan prasangka ideologis mereka," katanya.

Juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian mengatakan pada Kamis, perjanjian itu "sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional dan mengintensifkan perlombaan senjata".

"Ekspor teknologi kapal selam nuklir yang sangat sensitif oleh Amerika Serikat dan Inggris ke Australia sekali lagi membuktikan bahwa mereka menggunakan ekspor nuklir sebagai alat permainan geopolitik dan mengadopsi standar ganda, yang sangat tidak bertanggung jawab," kata Zhao, ABC melaporkan.

Zhao mengatakan kesepakatan itu memberi negara-negara kawasan "alasan untuk mempertanyakan ketulusan Australia dalam mematuhi komitmen non-proliferasi nuklirnya".

Dia mendesak sekutu Barat untuk meninggalkan pola pikir Perang Dingin mereka yang sudah ketinggalan zaman atau mengambil risiko "menembak kaki mereka sendiri".

Perdana Menteri Scott Morrison menolak kritik tersebut.

"China memiliki program yang sangat substantif untuk pembangunan kapal selam nuklir dan mereka memiliki hak untuk mengambil keputusan demi kepentingan nasional mereka untuk pengaturan pertahanan mereka, tentu saja begitu juga dengan Australia dan semua negara lain," katanya.

Kapal selam bertenaga nuklir dapat menghabiskan waktu lebih lama di bawah air, memungkinkan taktik siluman di area gesekan potensial dengan China seperti Laut China Selatan, kata analis keamanan.

"Beijing pasti akan menafsirkan kapal selam baru sebagai tembakan melintasi haluan China," Bates Gill, kepala Asia-Pacific Security Studies di Macquarie University, mengatakan kepada Reuters.

"Seperti rencana yang baru-baru ini diumumkan untuk memperoleh rudal anti-kapal jarak jauh, langkah ini dimaksudkan untuk mencegah pasukan maritim yang bermusuhan mendekati Australia. China saat ini adalah satu-satunya negara yang dapat menimbulkan ancaman semacam itu ke Australia," kata Gill.

AUKUS MEMBUAT SEKUTU LAMA KESAL

<!--more-->

Prancis menyebut AUKUS sebagai tikaman dari belakang dan menyebut Joe Biden bertindak seperti pendahulunya, Donald Trump, karena tidak melibatkan Prancis dan sekutu Atlantik dalam pakta tersebut.

"Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan Trump," kata Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian kepada radio franceinfo.

"Saya marah dan kecewa. Ini harusnya tidak dilakukan di antara sekutu," katanya.

Bukan hanya tidak dilibatkan, pakta AUKUS juga membuat kesepakatan pembelian kapal selam Prancis senilai puluhan miliar dolar AS oleh Australia pupus.

Pada tahun 2016, Australia telah memilih pembuat kapal Prancis Naval Group untuk membangun armada kapal selam baru senilai US$40 miliar (Rp570 triliun) untuk menggantikan kapal selam kelas Collins yang berusia lebih dari dua puluh tahun.

Dua minggu lalu, menteri pertahanan dan luar negeri Australia telah menegaskan kembali kesepakatan itu ke Prancis, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron memuji kerjasama puluhan tahun di masa depan ketika menjamu Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Juni.

Dikutip dari Reuters, Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan Australia akan membatalkan kesepakatan senilai US$40 miliar dengan Prancis untuk mengembangkan kapal selam konvensional untuk menggantikan armada kapal selam kelas Collins yang sudah tua, dan bernegosiasi selama 18 bulan dengan Amerika Serikat dan Inggris untuk membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir.

Para pemimpin Eropa telah menyampaikan berbagai tingkat kekecewaan dan perasaan terkucilkan atas kesepakatan itu. Seorang pejabat Uni Eropa mengindikasikan bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui kesepakatan tersebut, CNN melaporkan.

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menepis beberapa komentar Le Drian.

Ketika ditanya apa pendapat Biden tentang komentar menteri luar negeri, Psaki mengatakan selama konferensi pers Gedung Putih pada hari Kamis, "Presiden tidak terlalu memikirkannya."

"Fokus Presiden adalah menjaga dan melanjutkan hubungan dekat kami dengan para pemimpin di Prancis, dengan Inggris, dengan Australia, dan untuk mencapai tujuan global kami, yang mencakup keamanan di Indo-Pasifik. Itulah fokusnya, dan kami akan terus bekerja menuju kemitraan yang produktif dan konstruktif dengan Prancis," kata Psaki, dikutip dari CNN.

Joe Biden mengatakan pada hari Rabu bahwa Prancis tetap menjadi mitra utama di zona Indo-Pasifik.

Scott Morrison mengatakan Australia berharap untuk terus bekerja dekat dan positif dengan Prancis, menegaskan Prancis Sebagai teman dan mitra utama bagi Australia dan Indo-Pasifik.

REAKSI TERHADAP AUKUS

<!--more-->

Reaksi beragam menyambut pengumuman pakta AUKUS.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyambut baik perhatian pada Indo-Pasifik, tetapi mengatakan kapal selam bertenaga nuklir baru Australia tidak akan diizinkan di perairan teritorialnya di bawah kebijakan bebas nuklir yang sudah lama ada.

"Saya senang melihat bahwa mata telah dialihkan ke wilayah kami dari mitra yang bekerja sama dengan kami. Ini adalah wilayah yang diperebutkan dan ada peran yang dapat dimainkan orang lain dalam mengambil minat di wilayah kami," kata Ardern pada konferensi pers, dikutip dari Reuters.

Singapura mengatakan Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan kepada Scott Morrison melalui panggilan telepon bahwa Singapura memiliki hubungan lama dengan Australia, Inggris dan Amerika Serikat, dan berharap aliansi baru akan berkontribusi secara konstruktif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan Jepang akan bekerja sama dengan kelompok Quad Amerika Serikat, Australia dan India, serta kelompok ASEAN dan Eropa, untuk mencapai Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

"Penguatan kerja sama keamanan dan pertahanan antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia penting untuk perdamaian dan keamanan kawasan Indo-Pasifik," katanya dalam konferensi pers reguler.

Namun yang paling keras menentang perjanjian ini adalah China, yang melihatnya sebagai persekongkolan meredam aktivitasnya di Asia-Pasifik.

Juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian mengatakan pada Kamis, perjanjian itu "sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional dan mengintensifkan perlombaan senjata".

Dikutip dari ABC, Zhao mengatakan kesepakatan itu memberi negara-negara kawasan "alasan untuk mempertanyakan ketulusan Australia dalam mematuhi komitmen non-proliferasi nuklirnya".

Dia mendesak sekutu Barat untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin mereka yang sudah ketinggalan zaman atau mengambil risiko "menembak kaki mereka sendiri".

Perdana Menteri Scott Morrison menolak kritik tersebut.

"China memiliki program yang sangat substantif untuk pembangunan kapal selam nuklir dan mereka memiliki hak untuk mengambil keputusan demi kepentingan nasional mereka untuk pengaturan pertahanan mereka, tentu saja begitu juga dengan Australia dan semua negara lain," katanya.

Pakta trilateral, termasuk akses ke teknologi kapal selam nuklir AS yang disebut AUKUS, akan dilihat China sebagai ancaman, kata analis senior Asia Society Policy Institute Richard Maude kepada Reuters.

"China akan melihat pengumuman hari ini (Rabu, 15 September 2021) sebagai bukti lebih lanjut dari koalisi yang memperkuat untuk menyeimbangkan kekuatannya. China akan keberatan, tetapi perilakunya yang tegas dan tanpa kompromi mendorong keberpihakan baru ini."

Keputusan kapal selam mencerminkan kekhawatiran yang berkembang di pemerintah tentang pembangunan militer China, niat masa depan di kawasan itu dan itikad China menggunakan paksaan, kata Maude.

Hubungan antara kedua negara menjadi semakin tidak stabil sejak Australia menyerukan penyelidikan tentang asal usul pandemi Covid-19, dengan pemerintah China kemudian memblokir atau membatasi semakin banyak ekspor Australia.

China dalam beberapa tahun terakhir memberlakukan tarif yang besar dan pembatasan ekspor barang-barang Australia termasuk anggur, daging sapi, dan melarang impor batu bara untuk mengekspresikan kemarahannya atas kebijakan luar negeri Australia.

Pakta keamanan trilateral AUKUS akan semakin memperburuk hubungan perdagangan Australia yang tegang dengan pelanggan ekspor terbesarnya, China, tetapi keinginannya untuk pemenuhan sumber daya dapat membatasi tanggapannya, kata para analis kepada Reuters.

Baca juga: Televisi Asal Australia Hentikan Sementara Acara dari Cina

REUTERS | BBC | INDIAN EXPRESS | SYDNEY MORNING HERALD | CNN | ABC

Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

45 menit lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

1 jam lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

2 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

2 jam lalu

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

Optus Stadium Perth bukan hanya tempat untuk acara olahraga, tetapi juga tuan rumah berbagai konser musik, pertunjukan, dan acara khusus lainnya

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

11 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

16 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

17 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

19 jam lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

19 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

20 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya