Pasca Teror di Selandia Baru, PM Ardern Kirim Menlu ke Turki
Kamis, 21 Maret 2019 11:59 WIB
TEMPO.CO, Wellington - Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan akan mengirim menteri Luar Negeri ke Turki untuk mengklarifikasi komentar yang dibuat Presiden Recep Tayyip Erdogan terkait serangan teror di Selandia Baru. Serangan itu menewaskan 50 orang anggota salat Jumat di dua masjdi di Kota Christchurch pada Jumat pekan lalu.
Baca:
PM Ardern Temui Siswa Pasca Serangan Teror di Selandia Baru
Pelaku serangan teror di Selandia Baru, Brenton Harrison Tarrant, 28 tahun, berasal dari Kota Grafton, New South Wales, Australia dan diduga pendukung gerakan supremasi kulit putih.
Pada pekan lalu, Erdogan mengatakan Turki akan membuat tersangka serangan itu membayar tindakannya jika Selandia Baru tidak melakukannya. Erdogan sedang menggalang dukungan publik untuk Partai Keadilan dan Pembangunan atau AK Party menjelang pemilu pada Maret 2019.
Komentar Erdogan itu dibuat pada saat pawai kampanye pada akhir pekan lalu, yang diselingi pemutaran video klip serangan Tarrant, yang berdurasi 17 menit dan sempat disiarkan secara langsung di akun Facebook.
Baca:
“Deputi PM kami akan mengkonfrontir pernyataan-pernyataan itu di Turki,” kata Ardern kepada media di Christchurch. “Dia bakal datang ke sana untuk bertemu muka secara langsung.”
Erdogan menyebut serangan teror di Selandia Baru itu beberapa kali dalam pertemuan publik beberapa hari terakhir.
Menurut Direktur Komunikasi Kepresidenan Turki, Fahretin Altun, pernyataan Erdogan pada Senin lalu terkait peringatan kampanye Gallipoli 1915. Dan pernyataan itu dipahami di luar konteks. Erdogan menanggapi pernyataan pelaku serangan teror dalam manifesto, yang sempat diunggah secara online tapi kemudian dihapus. Manifesto sebanyak 73 halaman itu berjudul “The Great Replacement”.
Baca:
“Bangsa Turki selalu menyambut dengan baik pengunjung Anzac,” kata Altun lewat cuitan di Twitter. Anzac adalah singkatan dari Korps pasukan Australia dan Selandia Baru.
“Saat dia memberi pidato pada peringatan Canakkale (Gallipoli), dia membingkai pernyataan-pernyataanya dalam konteks sejarah serangan terhadap Turki pada masa lalu dan sekarang,” kata Altun.
Pada pidato awal pekan itu, Erdogan menggambarkan serangan penembakan massal itu sebagai bagian dari serangan lebih luas terhadap Turki. Dia mengancam akan mengirim pulang siapa saja dalam peti mati jika mencoba membawa pertempuran itu ke Istanbul.
Soal ini, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan telah memanggil duta besar Turki. Dia meminta pernyataan Erdogan itu dicabut dari siaran televisi pemerintah Turki.
Baca:
“Saya akan menunggu untuk melihat apa respon dari pemerintah Turki sebelum mengambil tindakan lebih lanjut. Tapi saya bisa mengatakan kepada Anda bahwa semua opsi terbuka,” kata Morrison, yang juga sedang menghadapi pemilu Australia dalam satu-dua bulan ini.
Morrison juga mengatakan Canberra mempertimbangkan untuk menerbitkan nasehat perjalanan bagi warga yang ini berjalan-jalan ke Turki untu memperingati perang Anzac itu.
Sekitar seratus tahun lalu, ribuan tentara dari ANZAC berjuang di pantai kecil di Gallipoli saat serangan yang berakhir buruk dan menewaskan sekitar 130 ribu anggota pasukan. Sejumlah pengunjung seperti warga Selandia Baru dan Australia datang ke area ini untuk menghormati pasukan dari bangsa mereka yang tewas pada 25 April yang dinorbatkan sebagai Hari ANZAC.