Militer Myanmar Cetak Buku tentang Rohingya dengan 3 Foto Palsu

Editor

Budi Riza

Jumat, 31 Agustus 2018 14:55 WIB

Militer Myanmar menampilkan setidaknya tiga foto palsu di buku terbitannya yang berjudul "Politik Myanmar dan Militer: Bagian I", yang terbit pada Juli. Bangkok Post

TEMPO.CO, Yangoon – Militer Myanmar menerbitkan buku mengenai etnis minoritas Muslim Rohingya dengan menggunakan foto palsu.

Baca:

6 Kasus Genosida Sepanjang Sejarah Modern

PBB Sebut 6 Jenderal Myanmar Terlibat Genosida Etnis Rohingya

Advertising
Advertising

Buku itu berjudul “Politik Myanmar dan Militer: Bagian I” memiliki tebal 117 halaman dan menampilkan sejumlah foto dari Tanzania dan Bangladesh.

“Investigasi oleh Reuters mengungkap ada tiga dari delapan foto sejarah di buku itu merupakan palsu,” begitu dilansir Reuters dan Guardian, Jumat, 31 Agustus 2018.

Salah satu foto menunjukkan seorang lelaki membawa semacam alat garuk pertanian sedang berdiri di dekat dua mayat. Keterangan di bawah foto itu tertulis,”Orang Bengali membunuh etnis lokal secara brutal.”

Baca:

Facebook Hapus Akun Pejabat Militer Myanmar

Menurut Reuters, foto itu muncul pada bagian buku yang bercerita tentang kerusuhan etnis di Myanmar pada 1940. “Teks pada gambar menunjukkan orang Budha dibunuh Rohingya, yang merupakan kelompok minoritas Muslim dan disebut di buku itu sebagai Bengali dengan maksud mengimplikasikan mereka adalah imigran ilegal,” begitu dilansir Reuters.

Setelah dicek oleh tim foto Reuters, foto itu sebenarnya berasal dari era Perang Kemerdekaan 1971 Bangladesh melawan Pakistan. Saat itu ribuan orang Bangladesh tewas terbunuh pasukan Pakistan.

Buku yang diterbitkan oleh unit hubungan masyarakat dan perang psikologis militer Myanmar itu menyebut foto itu berasal dari peristiwa di negara bagian Rakhine.

Baca:

Amerika Minta Jenderal Myanmar Pelanggar HAM Rohingya Diadili

Uni propaganda militer Myanmar ini juga menyebut sebuah foto sebagai gambar yang menunjukkan masuknya imigran Bengali atau Rohingya ke negara itu. Padahal, itu adalah foto warga etnis Hutu di Rwanda yang menyelamatkan diri dari konflik di negaranya.

Untuk menyamarkan foto ini dengan foto aslinya, unit propaganda itu sengaja mencetak foto itu dengan warna hitam putih agak buram.

Juru bicara pemerintah Myanmar Zaw Htay dan juru bicara militer tidak bisa dihubungi untuk dimintai tanggapannya soal foto palsu ini.

CNN melansir Tim Pencari Fakta Independen Perserikatan Bangsa Bangsa menetapkan 6 jenderal Myanmar termasuk Panglima Jenderal Min Aung Hlaing diduga kuat terlibat dari genosida dan berbagai pelanggaran HAM berat terhadap warga etnis minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine.

Baca:

Amerika Serikat Beri Sanksi Militer ke Myanmar, Terkait Rohingya

Jenderal Hlaing dianggap bertanggung jawab atas tewasnya ribuan warga sipil Rohingya akibat genosida militer Myanmar.

Tim merekomendasikan PBB membentuk pengadilan adhoc internasional untuk mengusut keenam pelaku jenderal Myanmar dan menjatuhkan hukuman. Tim juga merekomendasikan kasus ini di bawa ke Pengadilan Kriminal Internasional di Hague, Belanda. Pemerintah AS meminta Dewan Keamanan segera bersikap soal ini karena ditunggu masyarakat internasional.

Berita terkait

Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

17 jam lalu

Kisah Dokter Gigi dari Universitas Gaza, Awalnya Bahagia Kini Hidup Terasa Hampa

Naim berasal dari keluarga dokter dan dokter gigi. Dia hidup gelimang kebahagiaan, namun penjajahan Israel telah membuat hidupnya hampa.

Baca Selengkapnya

Spanyol Akan Kirim Rudal Patriot ke Ukraina

21 jam lalu

Spanyol Akan Kirim Rudal Patriot ke Ukraina

Kementerian Pertahanan Spanyol tidak mengungkap berapa banyak rudal patriot untuk Ukraina. Hanya menyebut rudal tiba beberapa hari ke depan.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

2 hari lalu

4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

Konser Sheila on 7 akan digelar di lima kota termasuk Medan yang akan di langsungkan di Pangkalan Udara Seowondo, 14 September 2024

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

2 hari lalu

Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

Penemuan kuburan massal di dua rumah sakit di Gaza telah memicu seruan kepala HAM PBB dan pihak lainnya untuk penyelidikan internasional.

Baca Selengkapnya

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

3 hari lalu

Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

Berbagi kampus di Amerika Serikat unjuk rasa mendukung Palestina dengan tuntutan yang seragam soal protes genosida di Gaza.

Baca Selengkapnya

Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

4 hari lalu

Tolak Proyek Cloud untuk Israel, 50 Karyawan Google Akhirnya Dipecat

Google menjalin kerja sama dengan Israel lewat kontrak Project Nimbus untuk layanan komputasi awan atau cloud senilai hampir Rp 20 triliun.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

4 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya