Ulama Prancis Digugat, Dituduh Lakukan Kekerasan Seks

Reporter

Terjemahan

Sabtu, 21 Oktober 2017 20:00 WIB

Henda Ayari dan Tariq Ramadan. lalibre.be

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang ulama dan ilmuwan Prancis, Jumat 20 Oktober 2017, diadukan ke pengadilan oleh pengikutnya karena dituding melakukan kekerasan seks.

Menurut dokumen yang dimiliki kantor berita AFP, ulama tersebut bernama Tariq Ramadan. Dia diadukan oleh kantor kejaksaan Rouen, kawasan di sebelah barat daya Prancis, karena melakukan kekerasan seks dan intimidasi terhadap Henda Ayari, salah seorang pengikutnya.

Baca: Prancis Larang Ulama Mesir Ikut Konferensi Islam

Ayari, perempuan yang juga Presiden Liberatos Association, dalam status Facebook pernah mengatakan, dia menjadi korban sesuatu yang sangat serius beberapa tahun lalu. Tetapi Ayari tidak mengungkapkan nama penyerangnya dengan alasan keamanan.

Selanjutnya, dia menulis dalam bukunya berjudul Saya Memilih Bebas yang diterbitkan pada November 2016, Ayari menguraikan bahwa penyerangnya adalah Zubair.

Advertising
Advertising

Dalam tulisan tersebut, Ayari mengatakan bahwa dia bertemu dengan Zubair di sebuah hotel di Paris setelah pemikir Islam itu memberikan ceramah.

"Saya tidak akan memberikan keterangan detail mengenai apa yang dilakukan Zubair terhadap saya. Cukuplah diketahui bahwa Zubair telah mengambil keuntungan dari kelemahan saya," tulis Ayari.

Ayari di bagian buku tersebut menulis, dia memberontak dan melawan ketika Zubair meneriakinya, menghina, menampar, dan mengancamnya dengan kekerasan.

"Hari ini, bisa saya benarkan bahwa Zubair orang yang terkenal itu sesungguhnya adalah Tariq Ramadan," Ayari menulis di laman Facebook.

Menurut Jonas Haddad, pengacara Ayari, penggugat sengaja tak melaporkan kasus ini karena takut.

"Setelah dia mengungkapkan kasus kekerasan seks yang terjadi pada dirinya beberapa hari lalu di media, barulah Ayari memutuskan mengatakan apa yang terjadi terhadap dia dan mengambil langkah hukum," kata Haddad kepada AFP.

Ramadan tak bisa dihubungi AFP untuk dimintai konfirmasi soal tudingan tersebut. Dia juga tidak memberikan bantahan atas tulisan Ayari di media sosial.

Pria kelahiran Swiss ini adalah cucu Hassan al Banna, pendiri gerakan Ikhwanul Muslimun di Mesir. Pada 1995, Ramadan pernah dilarang masuk ke Prancis karena kuat dugaan memiliki hubungan dengan kelompok teroris di Aljazair.

Pada 2003, dia ribut dengan Menteri Dalam Prancis, Nicolas Sarkozy, ketika menolak mengutuk hukum rajam, bahkan bersikeras menuntut moratorium hukuman mati.

Baca: Dianggap Radikal, Prancis Usir 40 Mubaligh

Nama ulama ini menjadi perbincangan di Prancis lantaran kerap berkonfrontasi dengan para politikus negeri itu, khusunya dengan Sarkozy. Dia saat ini menjadi guru besar studi Islam di Universitas oxford di Inggris. Kekerasan seks yang didakwakan kepada Ramadan menjadi perhatian media massa.

FRANCE24 | CHOIRUL AMINUDDIN

Berita terkait

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

4 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

8 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

14 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

22 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

22 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

23 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

27 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

28 hari lalu

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

April Mop atau April Fool's Day pada 1 April punya kisah panjang sejak 1582.

Baca Selengkapnya

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

32 hari lalu

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

Seorang dokter Prancis "mengikat buku itu dengan kulit manusia yang diambil tanpa persetujuan dari jasad pasien wanita," menurut Perpustakan Harvard

Baca Selengkapnya

Prancis Bantah Memasok Senjata ke Israel untuk Digunakan di Gaza

33 hari lalu

Prancis Bantah Memasok Senjata ke Israel untuk Digunakan di Gaza

Menhan Prancis membantah tuduhan dari jurnalis bahwa Prancis memasok komponen amunisi yang digunakan oleh tentara Israel dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya