TEMPO.CO, Jakarta - Kematian enam relawan asing dan seorang pekerja Palestina dari badan amal Amerika Serikat World Central Kitchen akibat serangan udara Israel pada Senin lalu membuat marah sekutu di Eropa. Beberapa negara dilaporkan sedang mempertimbangkan penghentian penjualan senjata.
Kata-kata yang keluar dari beberapa sekutu terdekat Israel sangat mengejutkan dan berapi-api: “terkejut”, “marah”, “tidak ada alasan lagi.”
Pembunuhan tujuh pekerja bantuan di Gaza oleh militer Israel telah memicu kritik yang belum pernah terjadi sebelumnya dari para pemimpin Eropa. Insiden ini meningkatkan seruan gencatan senjata dan dalam beberapa kasus menghentikan penjualan senjata ke Israel ketika jumlah korban perang dari warga sipil Palestina di Gaza terus meningkat.
Serangan terhadap konvoi World Central Kitchen telah mempertajam dilema bagi para politisi Eropa, yang terjepit antara dukungan terhadap Israel dan meningkatnya tekanan publik untuk menghentikan genosida yang tidak dapat mereka kendalikan.
“Tidak ada yang bisa membenarkan tragedi seperti itu,” kata Menteri Luar Negeri Perancis Sébastien Séjourné setelah serangan pada Senin. Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan dia “terkejut” dengan kematian para relawan, tiga di antaranya adalah mantan tentara Inggris.
Inggris memanggil duta besar Israel sebagai teguran atas pembunuhan tersebut. Begitu pula Polandia, yang kehilangan salah satu warganya. Menteri luar negeri Polandia Radek Sikorski menyatakan “kemarahan moral.”
Di luar Eropa, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan bahwa menyerang pekerja bantuan sosial “benar-benar tidak dapat diterima,”. Sementara pemimpin Australia Anthony Albanese mengatakan negaranya “marah.” Warga dari kedua negara tersebut turut tewa dalam serangan yang disbut dilakukan secara sistematis tersebut.
Israel mengatakan serangan yang menewaskan para pekerja bantuan dan sopir Palestina mereka adalah kesalahan yang tragis. Militernya memecat dua perwira dan menegur tiga orang lainnya, dengan mengatakan bahwa mereka melanggar aturan keterlibatan militer.
Julie Norman, profesor politik dan hubungan internasional di University College London, mengatakan kegelisahan mengenai konflik tersebut sudah meningkat di Eropa, dan serangan pada Senin “meningkatkan kemarahan dan menjadikannya lebih umum.”
“Hal-hal yang tadinya diucapkan dengan lebih pelan, kini diucapkan dengan lebih keras,” katanya.
Ketika Hamas membunuh sekitar 1.139 warga Israel dalam serangan lintas batas dari Gaza pada 7 Oktober, sekutu Israel di Eropa sangat mendukung hak mereka untuk melakukan serangan balik.
Namun dalam beberapa pekan, beberapa tokoh mengungkapkan kegelisahannya atas tingginya korban jiwa warga Palestina akibat pengeboman brutal Israel di Gaza. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan gencatan senjata pada awal November.
Sunak telah beralih dari mendukung “jeda kemanusiaan” menjadi mendukung “gencatan senjata berkelanjutan” yang bergantung pada pembebasan sandera Israel dan penghentian serangan oleh Hamas.
Jerman adalah salah satu sekutu terdekat Israel dan, mengingat kenangan Holocaust, mereka berhati-hati saat mengkritik Israel. Meskipun tetap berhati-hati dalam menekankan hak Israel untuk mempertahankan diri, pemerintah Jerman menjadi semakin kritis terhadap situasi kemanusiaan di Gaza.
Kanselir Olaf Scholz telah menyuarakan kegelisahannya atas jumlah korban perang warga sipil Palestina, dan bertanya kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada pertemuan bulan lalu bagaimana tujuan apa pun dapat “menyetujui biaya yang sangat tinggi tersebut.”
Warga Palestina, pekerja bantuan dan kelompok hak asasi internasional mengatakan kemarahan Barat atas kematian pekerja bantuan asing sangat kontras dengan respons yang lemah terhadap penderitaan warga Gaza.
Lebih dari 33.100 orang telah terbunuh, menurut kementerian kesehatan di Gaza, termasuk lebih dari 220 pekerja kemanusiaan Palestina. Ratusan ribu warga Gaza berada di ambang kelaparan dengan sekitar 30 orang tewas akibat kelaparan, dua per tiganya adalah bayi dan anak-anak.
“Sangat menyedihkan bahwa serangan terhadap pekerja bantuan internasional baru mampu menarik perhatian para pemimpin dunia,” kata Nomi Bar-Yaacov, rekan Program Keamanan Internasional di lembaga pemikir urusan internasional Chatham House. “Tapi sayangnya itulah kenyataannya.”
Serangan terhadap relawan World Central Kitchen telah meningkatkan tekanan pada pemerintah Eropa untuk beralih dari kritik ke penangguhan penjualan senjata ke Israel.